Kuala Lumpur (ANTARA News) - Suasana ruangan Hasanuddin di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jalan Tun Razak, Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (13/11), nampak berbeda. Puluhan wajah ceria terpancar dari para undangan yang hadir pada hari tersebut.

Satu per satu mereka menuju panggung kehormatan seperti halnya tahapan wisuda pada umumnya dengan diiringi lagu "Yang Terbaik Bagimu" yang dinyanyikan Gita Gutawa dan ADA Band serta lagu "Bunda" yang dipopulerkan Melly Goeslaw.

Mereka adalah para tenaga kerja Indonesia (TKI) yang menjalani prosesi wisuda Universitas Terbuka (UT) untuk yang pertama kalinya diselenggarakan di luar negeri, sepanjang program tersebut didirikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Sebanyak 20 mahasiswa dari Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) Universitas Terbuka Batam Kelompok Belajar Malaysia dan Singapura telah menuntaskan perjuangannya meraih jenjang sarjana strata satu (S1). Dari jumlah tersebut 16 orang di antaranya merupakan TKI.

Kelompok Belajar (Pokjar) Malaysia yang dibina langsung Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur tersebut berasal dari para TKI yang bekerja di Kuala Lumpur dan sekitarnya serta mereka yang bekerja di Negara Bagian Johor Bahru.

Para TKI tersebut ada yang sehari-hari menjadi asisten rumah tangga, pekerja pabrik yang biasa disebut kilang, sektor konstruksi dan sektor informal lainnya.

UT di Malaysia berdiri pertama kalinya pada 2010 di Johor Bahru. Kemudian berkembang dengan pendirian Pokjar Kuala Lumpur berdiri pada 2012 bersamaan dengan UT Pokjar Penang.

Mereka yang diwisuda kali ini merupakan lulusan program studi Sastra Inggris, Manajemen, Akuntansi, Administrasi Negara, Ilmu Pemerintahan dan Pendidikan Ilmu Matematika.

Sejumlah pejabat menjadi saksi istimewa tersebut. Nampak hadir Dubes RI untuk Malaysia, Marsekal TNI (Purn) Herman Prayitno, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Ir Ari Purbayanto MSc, Rektor Universitas Terbuka, Prof Ir Tian Belawati M Ed Phd, Kepala UPBJJ Batam, Drh Ismed Sawir MSc dan Konsul Jenderal RI Johor Bahru, Haris Nugroho.

Semestinya ada 27 orang yang bakal diwisuda pada kesempatan tersebut namun tujuh orang tidak bisa hadir karena tidak mendapat izin dari majikan tempat mereka bekerja.

Wisudawan UT Malaysia sebenarnya cukup banyak tetapi mereka mengikuti wisuda di Indonesia karena mahasiswa UT yang notabene TKI menyambung belajar di Pokjar UT terdekat karena habis kontrak kerja-nya di Malaysia.


Pulang Kampung

Salah satu TKI yang turut diwisuda pada kesempatan tersebut adalah Imam Basuki (40). Pria beranak satu asal Desa Ngampel, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, tersebut merantau ke negeri jiran sejak lima tahun lalu.

"Tentunya setelah mendapat gelar ini agar saya mempunyai nilai tawar yang lebih terhadap majikan," ujarnya penuh semangat.

Saat merantau ke Malaysia, pria yang beristrikan wanita asal Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat tersebut, sebelumnya tidak membayangkan bakal bisa melanjutkan kuliah hingga berhasil menyandang gelar sarjana strata satu.

Imam ketika pertama kali merantau bekerja di Gan Oil Palm Contract Works. Sebuah perusahaan kepala sawit yang beroperasi di Negara Bagian Pahang. Kerja keras dan ketekunannya membuat dia dipercaya sebagai mandor di perkebunan tersebut.

Seiring perjalanan waktu dia kemudian dipercaya oleh majikannya menjaga rumah sarang burung walet hingga sekarang. Di sela-sela waktunya tersebut dia manfaatkan waktunya untuk belajar secara online dan majikannya tidak melarangnya untuk belajar.

Perkenalannya dengan dunia perguruan tinggi dia peroleh secara tidak sengaja saat membaca pengumuman tentang Universitas Terbuka (UT) pada sebuah koran di Batam, Provinsi Kepulauan Riau, saat dia pulang ke tanah air melintasi Pelabuhan Sekupang - Batam Center.

Rencananya setelah kontraknya habis dia akan pulang ke Indonesia untuk dapat mengaplikasikan ilmunya dan berharap bisa mengabdi kepada masyarakat.

"Kalau kerja faktor umur ndak memungkinkan. Berdasarkan Jurusan yang saya ambil ilmu pemerintahan, mungkin bisa mencoba untuk jabatan-jabatan seperti kepala desa atau apa dalam pemerintahan," katanya berharap.

Imam merupakan tipikal pekerja keras. Tiap bulan dia sudah mendapatkan gaji 2.000 RM (Ringgit Malaysia), namun hal itu tidak membatasinya untuk berwirausaha dengan menyewa lahan petani setempat.

"Selain mengurus sarang burung walet, saya sewa lahan pertanian, saya tanami pisang, pepaya dan tanaman-tanaman jangka pendek dan hasilnya lebih besar dari gaji saya bisa mencapai 4.000 RM per bulan. Hasil pertanian itu dijual ke agensi pemerintah yang selalu membeli hasil petani," katanya.

Salah seorang wisudawan dari Singapura, Ruliani, mengaku syukur dan bangga karena berhasil menyelesaikan S1 Sastra Inggris dalam jangka empat tahun.

"Saya bangga selaku TKI dari Singapura bisa meluangkan waktu antara belajar dan bekerja. Kami di UT diberikan kemudahan online dan majikan saya memberikan izin. Kami dipinjami laptop dan lainnya," kata pembantu rumah tangga ini.

Dia mengatakan usai wisuda dirinya ingin ke jenjang yang lebih tinggi atau pulang ke Indonesia.

"Kontrak saya tahun depan selesai. Setelah itu ingin melanjutkan atau kembali mengabdi di Indonesia. Selama empat tahun bekerja majikan selalu memberikan dukungan," katanya.


Ditantang S2

Rektor Universitas Terbuka, Prof Ir Tian Belawati M Ed Phd mengatakan wisuda mahasiswa UT Kelompok Belajar Kuala Lumpur, Johor Bahru dan Singapura diselenggarakan untuk yang pertama kalinya.

"Mudah-mudahan ini diselenggarakan bukan untuk yang terakhir kalinya. Saya sangat bangga dengan mahasiswa UT yang sudah menyelesaikan studi-nya karena kuliah di UT itu cukup menantang karena belajar mandiri," katanya.

Tian berpandangan para TKI memiliki jam kerja panjang dan kadang tidak tentu tetapi di tengah-tengah kesibukan mereka bisa mendisiplinkan diri dan menjaga komitmen mereka untuk mencapai cita-cita tersebut.

"Saya secara pribadi menganggap ini merupakan kebanggaan dan ada keharuan juga ternyata orang Indonesia daya juangnya sangat tinggi. Rasanya capeknya kita memfasilitasi mereka jadi terbayar tentu saja ini tidak terjadi kalau tidak didukung KBRI," katanya.

Menurut data, mahasiwa UT aktif di 28 negara mencapai 1.900 orang dan yang sudah lulus 230 orang, sedangkan total jumlah alumni sudah 1,5 juta orang dan jumlah mahasiswa UT 300 ribu orang.

Adapun data mahasiswa UT yang aktif di Malaysia adalah UT Pokjar Kuala Lumpur (415), UT Pokjar Johor Bahru (160), UT Pokjar Penang (145), dan UT Pokjar Kota Kinabalu dan Tawau (76).

"Kami sudah sosialiasi program S2. Walau satu orang sudah bisa mengikuti program S2 UT karena tidak perlu tatap muka, karena itu saya undang para TKI yang ingin lanjut S2 online ada manajemen dan adminstrasi publik," katanya.

Dubes RI untuk Malaysia, Marsekal TNI (Purn) Herman Prayitno berharap wisuda kali ini bisa memotifasi para TKI yang diharapkan bisa menyebar ke teman-temannya sesama TKI.

"KBRI Kuala Lumpur akan menyiapkan fasilitas perkuliahan. Setiap hari libur kita buka kelas di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) sehingga memudahkan mereka untuk belajar tepat waktu. Ini peluang bagus sehingga keterpaksaan mereka dalam lima tahun bisa memudahkan karir mereka dengan ikut S1," katanya.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Ir Ari Purbayanto MSc mengatakan saat ini pihaknya juga telah membuka UT Pokja baru yakni Pokja Sabah dan Serawak.

Pada 2015 KBRI Kuala Lumpur juga telah menggagas berdirinya UT Pokjar Kota Kinabalu dan UT Pokjar Tawau, Sabah sebagai upaya pelayanan pendidikan bagi TKI sekaligus untuk meningkatkan taraf pendidikan bagi guru-guru Community Learning Center (CLC) yang belum sarjana.

Menurut akademisi IPB ini kesempatan memberikan akses pendidikan bagi TKI melalui UT dengan biaya terjangkau dengan harga di tanah air merupakan upaya luar biasa.

"Kemandirian mereka dalam belajar telah dibuktikan pada wisuda ini. Ruang Hasanuddin menjadi saksi. Dengan semangat yang tinggi TKI bisa membuktikan bahwa mereka layak menjadi sarjana. Ini capaian luar biasa. Jumlah terbanyak UT di luar negeri," katanya.

Koordinator UT Taufiq Hasyim Salengke mengatakan pihaknya mempakarsai UT di Malaysia untuk meningkatkan taraf pendidkan WNI atau TKI dan bila kembali ke tanah air, bisa membawa uang sekaligus ijazah sehingga mereka tidak perlu datang ke Malaysia lagi sebagai tenaga kerja kasar.

Oleh Agus Setiawan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016