Mekkah (ANTARA News) - Dua jamaah haji Indonesia, Muhammad Rasul Daeng Naba bin Laujeng (41) dan Abdul Rauf Nuraling Pattola bin H Nuraling (43), dibebaskan dari penjara Shumaisy pada Jumat (23/9).

Kedua jamaah yang tergabung dalam kloter 1 Embarkasi Makassar (UPG 11) yang tinggal di Hotel Al Sa Wi (504) di wilayah Aziziah ini ditahan sejak Selasa (20/9) pagi karena diduga menjadi joki Hajar Aswad.

"Kedua jamaah ini berhasil dibebaskan berkat kerja sama antara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, KJRI, Maktab, dan Muassasah," kata Kepala Seksi Perlindungan Jamaah (Linjam) Daerah Kerja (Daker) Mekkah Wagirun Topan Tuwinangun saat memberikan keterangan pers di Daker Mekkah, Sabtu.

Ia menjelaskan kronologi penangkapan dan upaya yang dilakukan untuk membebaskan kedua jamaah haji yang ditangkap setelah memandu istri, nenek, dan keluarga mereka untuk mencium Hajar Aswad.

Pada kesempatan pertama, Muhammad Rasul berhasil memandu sejumlah perempuan untuk mencium Hajar Aswad. Giliran berikutnya, Rasul akan membantu Abdul Rauf Nuraling. Namun, baru beranjak dari tempat berkumpul mereka yang berada di salah satu sudut area thawaf yang segaris dengan lampu hijau (tanda permulaan tawaf), kedua orang ini ditangkap polisi Haram dan dibawa ke markas kepolisian untuk dimintai keterangan.

Sementara itu, rombongan perempuan yang akan dipandu mencium Hajar Aswad akhirnya kembali ke hotel sekitar pukul 02.00 dini hari.

Pada 20 September pagi, sekitar jam 08.45 waktu Arab Saudi, perwakilan dari mereka melapor ke Linjam Sektor Lima yang ditindaklanjuti dengan melaporkan ke Daker Mekkah sekitar pukul 09.00 waktu Arab Saudi.

"Kami beserta penghubung instansi langsung meluncur ke kepolisian Haram untuk menelusuri jejak saudara kita ini ada di mana. Pada pos pertama kosong. Di pos polisi kedua, kami mendapat informasi bahwa pagi sekali mereka sudah dikirim ke penjara di Shumasy," katanya.

Oleh karena kedua jamaah tersebut telah berada di penjara Shumaisy atau di luar "check point" maka langkah selanjutnya harus berkordinasi dengan maktab.

Saat itu, pihak maktab menjanjikan menjemput kedua jamaah haji tersebut di Shumaisy. Namun, sampai 22 September upaya belum membuahkan hasil.

Upaya selanjutnya, lanjut Wagirun, Tim Linjam Daker Mekkah pada 23 September bersurat ke Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi yang intinya menyampaikan laporan dan meminta bantuan penyelesaian kasus.

"Kami juga meminta bantuan kepada Tim KJRI yang menangani perlindungan warga negara Indonesia agar secara paralel mereka juga melakukan upaya pembebasan jamaah kita," terangnya.

Masih sebagai bagian dari upaya, Tim Linjam Daker Mekkah bersama Kadaker menemui Kepala Kepolisian Haram pada 23 September untuk meminta bantuannya karena tempat kejadian perkara (TKP) ada di Masjidil Haram.

"Respons dia cukup bagus. Saat itu kami tunjukkan visa dua orang ini, dia merespons dengan menghubungi pihak terkait dan menjanjikan bahwa dalam waktu dekat, kalau bisa malam ini atau besok (akan dilakukan pembebasan)," katanya.

Pada 24 September dua jamaah tersebut dibebaskan dan diantar langsung petugas maktab.

Muhammad Rasul dan Abdul Rauf berada di Shumaisy sekitar empat hari lima malam. Menurut Wagirun kendala terbesar untuk membebaskan kedua jamaah itu adalah karena peristiwanya bersamaan dengan libur panjang di Arab Saudi, 22-24 September, sehingga ada kendala dalam koordinasi dengan aparat Arab Saudi.

Wagirun mengimbau jamaah haji Indonesia untuk berhati-hati dan tidak memaksakan diri saat akan mencium Hajar Aswad.

Ia menjelaskan oknum yang mencari keuntungan atau penghasilan menjadi joki mencium Hajar Aswad menjadi perhatian dan target tersendiri bagi kepolisian Masjidil Haram.

"Bagi saudara kita yang mau mencium Hajar Aswad, sewajarnya saja karena yang wajib itu ibadahnya. Mencium Hajar Aswad hanya bagian sunah. Kalau memungkinkan ada waktu dan badan sehat dilaksanakan, kalau tidak memungkinkan jangan dipaksakan," katanya.

Saat ini, dua jamaah tersebut berada di Daker Mekkah untuk menunggu paspor mereka yang tertahan di kantor kepolisian. Setelah paspor kembali, para jamaah yang berasal dari Makassar tersebut, akan bergabung dengan keluarga dan rombongannya yang saat ini berada di Madinah.

Sementara itu Abdul Rauf mengaku sebelum peristiwa itu ia merasa berat untuk pergi namun karena sang istri ingin mencium Hajar Aswad maka ia pun pergi ke Masjidil Haram.

Ia mengaku kasus tersebut merupakan pelajaran yang sangat berharga baginya.

Sedangkan Muhammad Rasul mengaku akan menuruti imbauan pemerintah untuk tidak memaksakan diri dalam mencium Hajar Aswad.

Pewarta: Gusti NC Aryani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016