Bukittinggi (ANTARA News) - Ibu Mufida Jusuf Kalla mendesak dilakukannya relokasi rumah warga yang berada di pinggir Ngarai Sianok, Bukittinggi, Sumatera Barat (Sumbar), yang tak layak huni atau terancam ambruk, akibat guncangan gempa tektonik berkekuatan 5,8 Skala Richter (SR) hingga 6,2 SR, Selala 6/3). Hal itu disampaikan Ibu Mufida Kalla menanggapi laporan Walikota Bukittinggi, M. Djufri, Jumat, yang menyebutkan bahwa ada 287 unit rumah warga di bibir Ngarai Sianok terancam ambruk. Kedatangan istri M. Jusuf Kalla ke Bukittinggi tersebut guna menyerahkan bantuan kemanusia bagi korban bencana gempa secara langsung kepada masyarakat yang anggota keluarganya meninggal dunia dan rumahnya hancur. Menurut dia, tujuan mempercepat upaya relokasi rumah warga guna menghindari semakin banyaknya korban jiwa, bila terjadi longsor tebing Ngarai Sianok itu. Ibu Mufida Kalla pada kesempatan itu menyerahkan bantuan uang tunai Rp1 juta kepada korban gempa di Bukittinggi, serta sejumlah kabupaten dan kota di Sumbar yang terkena bencana gempa bumi. Secara simbolis, Ibu Mufida Kalla juga memberikan bantuan sebanyak 4.000 zak semen untuk membangun rumah warga yang rusak untuk kabupaten dan kota dilanda bencana itu, melalui Gubernur Sumbar. "Saya mengajak warga Sumbar berdoa bersama, agar bencana cukup sampai di sini melanda negeri ini, dan mari dihadapi dengan sabar," ujarnya, yang kemudian menyempatkan diri membesuk sejumlah korban gempa yang masih dirawat. Sementara itu, Walikota Bukittinggi, M. Djufri, mengatakan bahwa gempa pada Selasa lalu mengakibatkan lima rumah warga di pinggir Ngarai Sianok masuk ke ngarai tersebut. Selain itu, menurut dia, ada 287 rumah warga lainnya terancam ambruk, karena berada di bibir ngarai yang kondisinya banyak kini banyak memiliki retakan lantaran guncangan gempa. "Kita belum menemukan lokasi baru untuk relokasi rumah warga itu, sedikitnya diperkirakan luas areal dibutuhkan 13 hektare, dan menelan dana sekitar Rp18,5 miliar," katanya. Untuk relokasi di kawasan Kota Bukittinggi, ia mengemukakan, lahannya tidak ada lagi, sehingga peluang yang ada hanya di kawasan pinggiran kota. "Upaya relokasi perlu juga kesadaran warga yang bermukim di bibir ngarai, hingga tidak memandang Pemkot mentranmigrasikan," katanya. Oleh karena, menurut dia, warga terkadang enggan diminta pindah ke lokasi yang baru. Kini, ia menambahkan, pihaknya masih mendata kerugian materil yang terjadi di wilayah Kota Bukittinggi, dan secara teknis diharapkan selesai pada minggu depan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007