New York (ANTARA News) - Kedai kopi di Amerika Serikat umumnya mendingin seiring memanasnya cuaca.

Tetapi, tren baru kopi dingin, cold brew, membawa penyegaran ke pola minum kopi di musim panas.

Kopi dingin lebih banyak menggunakan biji kopi dari pada es kopi tradisional dan diperkirakan dapat meningkatkan permintaan biji kopi di AS, sebagian untuk mengimbangi efesiensi kopi sekali seduh yang dipopulerkan oleh Keurig Green Mountain.

Peet's Coffee & Tea, salah satu gerai kopi terbesar yang memiliki 400 kedai, mengganti es kopi tradisional dengan cold brew sejak Juni dan penjualannya melebihi es kopi sebesar 70 persen.

"Kami main seluruhnya di kopi dingin," kata Manajer Umum Peet's Tyler Ricks, sambil menambahkan poduk baru lebih lembu, segar dan tidak ada rasa "keras dan pahit" seperti di es kopi.

Peet's, yang melaporkan total pendapatan tahun lalu 540 juta dolar, fokus pada kopi dingin untuk memperlambat penurunan musiman pada penjualan kopi, yang diklaim penjual lain antara 15 dan 20 persen.

Kedai lain juga turut menyediakan cold brew, termasuk Starbucks yang menyediakan kopi dingin di 2.800 tokonya.

Hector Mai, manajer kafetaria Guy & Gallard di tengah kota Manhattan, menyediakan kopi dingin sejak musim panas ini dan menilai penjualan es kopi menurun.

"Suatu hari nanti, tidak ada lagi es kopi," kata Mai.

Rendam dan tunggu

Kopi dingin dibuat dengan merendam kopi giling segar di air dingin selama 12--24 jam. Es kopi tradisional dibuat dengan mendinginkan kopi panas dan menyajikannya dengan es.

Dingin dan minim gerakan berarti tidak banyak rasa kuat kopi yang terekstrak dari niji bila dibanding kopi panas atau es kopi biasa. Hal itu  membuat pembuat seperti Peet's, Gillies dan Brooklyn Roastinc Company menggunakan dosis besar kopi giling di kopi dingin mereka.

Michael Pollack, managing partner di Brooklyn Roasting, memakai dosis ganda di kopi dingin dan menggunakan kopi dua kali lebih cepat saat musim panas dibanding musim lainnya.

Peet's menjual kopi dingin seharga 2,45 dolar untuk yagn ukuran kecil karena menggunakan lebih banyak material mentah. Semntara itu, es kopi dijual seharga 2 dolar.

Starbucks menjualnya seharga 3,25 dolar untuk kopi dingin ukuran besar, 60 sen lebih mahal dibanding es kopi.

Gillies, yang telah membuat kopi selama 175 tahun di Brooklyn, juga turut tren tersebut dengan memasok minuman tersebut untuk toko dan restoran lokal seperti Guy & Gallard.

Mereka mengirim sekitar 65 tong ke sekitar 50 pelanggan, kata Presiden Gillies Donald Schoenholt.

Meski hanya sekitar 3 persen dari bisnis bernilai 1 juta pound setahun, Schoenholt mengatakan ranah tersebut penting untuk menjaring peminum kopi di musim panas.

"Kami berpikir untuk 2, 3, 4, 5 tahun dari sekarang, akan ada lonjakan signifikan di penjualan kopi musim panas," kata Schoenholt sambil menuang kopi dingin.

Tidak semua pembuat  menggunakan dosis kopi yang tinggi dan beberapa mengatakan minuman itu tidak mengekstrak penuh rasa potensial dari biji kopi.

Meski begitu, konsumsi kopi dingin di Amerika meningkat selama beberapa tahun.

Tahun lalu, mereka minum 90 galon kopi siap minum, mulai dari Starbucks Frappucino botolan hingga Stumptown kartonan, naik 52 persen dari 2009 berdasarkan data Beverage Marketing Corporation.

Cold brew popule di sana saat Stumptown Coffee Roasters menjual kopi siap minum di botol pendek pada 2011. Dengan masuknya Starbucks, kopi dingin masuk ke arus utama.

Popularitas cold brew dapat mendukung permintaan kopi di AS secara keseluruhan dan menjadi penyeimbang pertumbuhan kopi sekali seduh.

Menurut perkiraan Departemen Agrikultur, konsumsi kopi di AS akan menurun tahun depan, yang pertama dalam enam tahun.

"Kalau kita bisa mmebuat minuman dingin jadi lebih menarik, kita akan sedikit menang," kara Brett Struwe dari Caribou Coffee.

Schoenbolt saat memasuki toko di Brooklyn musim panas ini, melihat sejumlah besar kopi dingin siap minum didominasi oleh rasa yang disukai di musim dingin.

"Kita akan menang," kata dia.

Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015