Bogor (ANTARA News) - Varietas IPB 3S dengan teknologi IPB Prima telah terbukti dapat menghasilkan 9,6 ton/hektare rill, ini dibuktikan dari hasil panen raya yang dilakukan Kelompok Tani Banyu Mukti I, Desa Plawad, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

"Varietas IPB 3S berpeluang besar berkontribusi pada program swasembada yang dicanangkan oleh pemerintah, dengan meningkatnya produksi, potensi swasembada sangat besar tercapai," kata Peneliti dari Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB Dr Sugyanto, saat menghadiri panen raya di Karawang, Minggu.

Ia mengatakan, IPB bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dan Dinas pertanian Kabupaten Karawang melakukan "Demonstration Farm" (Demfarm). Selama dua tahun atau empat musim tanam, IPB memberikan pembinaan kepada petani dalam program "show window" di lahan seluas 140 hektare.

"Tahun ini program ditambah bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dalam program Teknologi untuk Demfarm optimasi produksi varietas IPB 3S di lahan seluas 600 hektare di wilayah Karawang," papar Sugyanta.

Dia menjelaskan, pada lahan seluas 140 hektare sudah empat musim diterapkan teknologi IPB Prima, di antaranya pembenaman jerami dan aplikasi pupuk bioorganik IPB bio telah mampu memperbaiki kesuburan tanah dan populasi musuh alami.

Dikatakannya, sebelumnya hasil petani berkisar dari 4 sampai 6 ton/hektare. Tetap dari hasil Demfarm IPB 3S dengan Teknologi IPB Prima di Desa Plawad, ubinan sebesar 10,7 - 10,7 ton/hektare dan rill 7,4 - 9,6 ton/ hektare.

"Saat ini ini di lokasi program pembinaan IPB di Desa Plawad dapat mencapai rata-rata delapan ton/hektar," ungkapnya.

Ia mengatakan, untuk harga gabah varietas IPB 3S saat ini dijual Rp5.200/kilogram, sehingga petani mendapat keuntungan dari usaha tani yang cukup tinggi pada musim ini.

"Kunci keberhasilan ini adalah penerapan teknologi IPB Prima, perbaikan lingkungan terutama tanah, dan penerapan best pratice, penggunaan varietas berpotensi hasil tinggi, pendampingan oleh dinas, penyuluh dan juga perguruan tinggi," tuturnya.

UPTD Pertanian Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan, Desa Plawad, Nanik Dwiastuti menyebutkan, sebelum mendapatkan pembinaan dari IPB, kondisi pertanian masyarakat setempat sangat jelek.

"Kami termasuk daerah edemis hama, semua jenis hama ada, mulai dari penggerek batang, sampai hama wereng. Produksi petanipun sangat rendah, kurang dari enam ton per hektare. Dengan program show window langsung ada peningkatan produksi menjadi empat kali lipat. Panen padi kali ini adalah hasil tertinggi yang dicapai petani," tukasnya.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015