Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) terus mendorong agar perusahaan menciptakan tempat kerja yang ramah bagi ibu menyusui.

"Pada saat aktivitas mencari nafkah, perempuan bisa bekerja pada lingkungan informal ataupun sektor formal. Dimanapun ia bekerja, pemilik tempat kerja harus bertindak pada tiga area yakni waktu, ruang atau jarak dan dukungan, untuk menciptakan tempat kerja yang ramah bagi ibu menyusui," kata Wakil Ketua AIMI Pusat Nia Umar, di Jakarta, Kamis.

Menurut Nia, waktu mencakup cuti bersalin selama tiga bulan dengan dibayar penuh bagi semua perempuan di semua sektor, dan satu atau lebih kesempatan istirahat untuk menyusui dengan dibayar penuh, atau pengurangan jam kerja setiap hari untuk menyusui bayinya. Selain itu juga jam kerja yang fleksibel untuk menyusui atau memerah ASI seperti jadwal kerja paruh waktu, pembagian pekerjaan dan lainnya.

Dalam hal ruang atau jarak, dapat disediakan tempat perawatan bayi dekat dengan tempat kerja sehingga ibu dapat bersama dengan bayinya. Fasilitas atau ruang pribadi atau ruang tertutup untuk memerah dan menyimpan ASI perlu disediakan di tempat kerja. Juga tersedianya lingkungan kerja yang bersih.

"Perempuan juga  memerlukan dukungan sepenuhnya dari anggota keluarga, masyarakat, pemberi kerja, rekan kerja, dan atasan, dalam bentuk perilaku positif terhadap menyusui dan pengertian terhadap situasi pekerjaan. Perempuan harus diinformasikan dengan baik mengenai hak-haknya terkait maternitas," tutur Nia.

"Langkah tindakan pada area-area tersebut telah terbukti sangat penting untuk keberhasilan menyusui," tambahnya.

Pada kenyataannya, masih ada sejumlah tempat bekerja yang belum menerapkan hal-hal tersebut.

Data RISKESDAS 2013 menunjukkan angka yang cukup baik bahwa pemberian ASI Eksklusif pada usia bayi 0-1 bulan mencapai angka 52,7% Namun seiring dengan bertambahnya usia bayi, angka ASI eksklusif pun menjadi menurun hingga pada usia 6 bulan, angka ASI eksklusif menjadi 30,2% saja.  

Sekjen AIMI Pusat Farahdibha Tenrilemba mengatakan bahwa seiring bertambahnya umur bayi, semakin bertambah juga gangguan dari berbagai faktor yang mengakibatkan ibu tidak lagi menyusui secara eksklusif. 

"Bagi wanita bekerja, gangguan tersebut dapat saja disebabkan dari kewajiban si ibu untuk kembali bekerja.  Sehingga bagi wanita bekerja, tantangan untuk sukses memberikan ASI Eksklusif dan juga menyusui hingga usia anak 2 tahun menjadi berlipat-lipat," kata Farahdibha.

World Breastfeeding Week (WBW)  atau Indonesia disebut dengan Pekan ASI Sedunia (PAS) dirayakan setiap tanggal 1-7 Agustus setiap tahunnya. Tema yang diusung seluruh negara setiap tahunnya sama, untuk tahun 2015 ini adalah “Menyusui dan Bekerja: Mari Kita Sukseskan!”.

Tema  Pekan ASI Dunia tersebut dipilih mengingat semakin banyak ibu harus bekerja karena desakan kebutuhan ekonomi keluarga sehingga mereka memerlukan dukungan agar bisa melaksanakan kedua perannya sekaligus dengan seimbang sebagai seorang ibu dari anaknya dan juga pencari nafkah keluarga.

Pewarta: Monalisa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015