Jakarta (ANTARA News) - Produsen rokok yang tergabung dalam Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) meminta adanya keseimbangan kebijakan untuk industri rokok di Indonesia, mengingat produksi rokok kretek merosot 12,56 persen.

"Pada Januari-Mei 2015 produksinya 129,3 miliar batang. Angkanya turun 12,56 persen pada periode yang sama tahun 2014 angkanya mencapai 147,8," kata Ketua Gappri Ismanu Soemiran usai menemui Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Panggah Susanto di Jakarta, Kamis.

Ismanu mengatakan, penurunan produksi tersebut disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi yang tengah terjadi yang berdampak pada penurunan daya beli masyarakat.

Selain itu, tambahnya, kondisi internal perusahaan yang menjalankan berbagai kebijakan terkait rokok juga mempengaruhi penurunan produksi, misalnya berkurangnya promosi rokok.

"Untuk itu, kami minta keseimbangan kebijakan. Industri rokok menyumbang sekitar 8,2 persen penerimaan dalam APBN atau sebesar Rp147 triliun. Sehingga, kami meminta agar industri ini tidak semakin terpojok," kata Ismanu. Sementara itu, Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, melihat kenyataan soal kontribusi industri rokok yang cukup besar tersebut, maka keseimbangan kebijakan betul-betul dibutuhkan.

"Misalnya mengkaji lagi, apakah foto-foto yang di bungkus rokok itu memberikan efek. Jangan-jangan malah tidak ada yang diuntungkan. Nah, ini perlu ada keseimbangan antara kebutuhan kesehatan dan penerimaan negara tadi. Agar industri ini tidak bangkrut," ujar Panggah.

Dengan demikian, Panggah mengatakan peluang terbukanya diskusi terkait hal tersebut dengan lintas kementerian, sehingga memiliki kesepahaman yang sama.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015