Jayapura (ANTARA News) - Warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Kelas IIA Abepura memamerkan hasil kerajinan tangan mereka di Depan Halaman Kantor Kementrian Hukum dan Ham, Abepura, Kota Jayapura.

Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Abepura Bagus Kurniawan, di Jayapura, Sabtu, mengatakan, kerajinan tangan yang dibuat warga binaannya adalah kerajinan tangan yang berbahan dasar kayu dan bernilai ekonomis.

"Kerajinan tangan warga binaan ini kerajinan tangan yang dibuat dari kertas koran dalam bentuk figura,"katanya.

Bagus menjelaskan, ada juga kerajinan yang bersifat struktural yaitu pembuatan funiture, meubel, kemudian kerajinan tangan dalam bentuk sulaman tas khas Papua yang lebih dikenal dengan sebutan Noken.

Kerajinan tangan yang dibuat kata Bagus, mendapat dukungan dana APBN khusus untuk pembuatan funiture, meubel.

Ada beberapa jenis kerajinan tangan yang dipamerkan seperti noken, gantungan kunci berbentuk boneka, kemudian tas yang menggunakan bahan dasar plastik dari kemasan deterjen dan susu, juga figura yang berbahan dasar koran.

Menurut salah satu warga binaan lapas Abepura, Dewi (28) untuk menyelesaikan satu buah tas noken membutuhkan waktu minimal empat sampai satu minggu.

"Bentuk tas yang dibuat variasi, ada ide sendiri ada juga saya lihat contoh di internet sehingga membutuhkan waktu empat sampai satu minggu untuk membuat satu tas noken,"katanya.

Sementara itu, Muhammad Hafid (24) juga warga binaan lapas Abepura mengaku, untuk membuat hasil kerajinan tangan dalam bentuk figura membutuhkan waktu satu hari tergantung ukuran figura yang diinginkan.

Dari beberapa jenis kerajinan tangan yang dihasilkan masing-masing mematok harga bervariasi, untuk noken berukuran sedang dipatok dengan harga Rp400-Rp500 ribu, sedangkan bingkai foto (figura) dijual dengan harga berkisar Rp50.000--Rp500.000.

Pameran kerajinan tangan warga binaan lapas Abepura diselenggarakan dalam rangka memperingati hari bakti pemasyarakatan ke-51 HUT Kementrian Hukum dan Ham pada tanggal 27 April 2015.

Pewarta: Feronike Rumere
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015