Bogor (ANTARA News) - Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB Prof Rochmin Dahuri mengatakan produksi sektor ekonomi kelautan Indonesia adalah yang paling besar di dunia dengan potensi mencapai 1,2 trilun dolar AS per tahun.

"Potensi yang besar ini mampu menciptakan 40 juta lapangan kerja, artinya 1/3 angkatan kerja di Indonesia bisa bekerja di sektor ekonomi keluatan," kata Rochmin di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Menurut Rochmin dengan besarnya potensi ekonomi kelautan Indonesia, maka negara tidak perlu lagi mengirimkan warganya untuk bekerja di luar negeri sebagai tenaga kerja

Rochmin menjelaskan, potensi sektor ekonomi kelautan yang begitu besar memiliki tantangan yang tidak mudah untuk dilaksanakan karena adanya pekerjan rumah (PR) sejarah masa lalu.

Yang dimaksud PR sejarah, jelas Rochmin, adalah kalau potensi ekonomi dari kelauatan bisa terwujud menjadi kemajuan dan kedaulatan bangsa, memerlukan lima input.

"Input yang pertama adalah keuangan (finance). Terus terang dari kebijakan fiskal maupun perbankan di bidang kelautan sangat kecil sekali," kata Rochmin.

Kecilnya dukungan finansial sektor perikanan terlihat pada alokasi dana APBN 2015 untuk kelautan sebesar Rp7 triluan atau 0,0 sekian persen dari 20 triliun total APBN yang ada," kata Rochmin.

Demikiannya dengan perbankan, lanjut Rochmin, yang masih menggagap sektor-sektor perhubunga kelautan, pariwisata bahari, perikanan, industri galangan kapal seperti sektor yang penuh resiko.

"Jadi curahan perkreditan perbankan masih sangat rendah, demikian juga tingkat suku bunga Indonesia paling tinggi di dunia," kata Rochmin.

Input yang kedua, lanjut Rochmin adalah infrastruktur di Indonesia jauh tertinggal dari negara Jepang yang setiap 11 km panjang pantainya memiliki pelabuhan, sedangkan di dalam negeri baru sekitar 2.000 km ada pelabuhan.

"Belum lagi soal istilah Tol Laut atau konektivitas kelautan kapal-kapal angkut yang diusung oleh Jokow-JK. Kapal barang yang kita miliki masih minim," kata Rochmin.

Selanjutnya input ketiga yakni di bidang teknologi, dimana hampir smeua teknologi yang digunakan masih impor. Input keempat di bidang tata kelola, masih tumpang tindihnya kelembagaan, regulasi yang kurang harmonis, dan input kelima adalah untuk mereduksi kerusakan lingkungan serta premanisme di laut seperti pencurian ikan.

"Saya kira lima tantangan itu, presiden terpilih kita sudah mempunyai program. Ada dua juru yang kita siapkan menghadapi semua itu dan pada saat yang sama kita sudah punya konsep bagaimana memanfaatkan potensi pembangunan keluatan yang masih terbuka lebar," kata Rochmin.

Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini mengatakan, masyarakat Indonesia harus mengapresiasi presiden terpilih yang dengan sangat tempat menjadi sektor utama untuk ekonomi ril ditiga bidang yakni kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan kemajuan bidang ekonimi kelautan atau maritim.

"Jadi singkat cerita pemerintahan kedepan akan merubah sektor kelautan dengan mengeluarkan jurus ganda. Yakni jurus pertama memecahkan masalah, jurus kedua adalah nanti mengembangkan potensi kelautan yang belum tersentuh selama ini," kata Rochmin.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014