... mulai sekarang kita harus ubah cara berpikir, bahwa Indonesia itu keren, tidak kalah sama luar... "
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia sudah merdeka selama 69 tahun, namun bagi beberapa orang, negara kita masih dirasa "gagap" menghadapi orang-orang asing alias bule, terutama dalam hal memberikan perlakuan terhadap mereka yang bekerja di Tanah Air.

Juliana (29), salah seorang menejer HRD di salah satu perusahaan ekspor-impor, di Jakarta Pusat, mengatakan, ada perbedaan perlakuan dari perusahaannya terhadap pekerja dari luar negeri dan warga negara asli Indonesia.

"Tenaga kerja bule dan asli Indonesia mendapat fasilitas upah berbeda. Padahal kualitas SDM mereka sama bahkan jauh di bawah kita, Mereka bisa  mendapat lebih dari kita," kata Juliana, di Jakarta, Minggu.

Juliana mengatakan, perusahaannya memang perusahaan milik asing, namun hal itu tidak mengurangi kesan orang asing masih meragukan kemampuan warga negara Indonesia untuk menempati posisi strategis di perusahaannya.

"Secara fisik sih kita mungkin sudah merdeka, tapi mental sepertinya belum. Mental orang Indonesia kebanyakan masih seperti itu, sepertinya masih menganggap bule selalu lebih baik dari kita," katanya.

"Kenapa bule gajinya harus selalu lebih tinggi, kenapa mereka digaji dolar sedangkan kita tidak?," katanya.

Berbeda lagi Tanti Aire (26), seorang guru kursus bahasa asing terkemuka yang juga memperkerjakan tenaga pengajar asing.

Dia merasa, meski perusahaannya perusahaan setempat, namun justru perusahaannya kurang selektif tentang tenaga pengajar dari luar negeri.

"Saat mau masuk ke perusahaan, pengajar kita diseleksi ketat. Tapi, ibaratnya, bule cukup ngobrol sebentar, langsung bisa masuk. Padahal entah dia berasal dari negara mana dan bahasa Inggrisnya juga belum tentu bagus. Kebanyakan bahkan tidak punya lisensi mengajar," kata Tanti.

Sama seperti Juliana, perlakuan diskriminatif juga dirasakan Tanti di tempat kerja. "Bule bisa cuti panjang dan digaji pakai dolar, tentunya jauh lebih besar dari upah saya," kata lulusan jurusan sastra Inggris itu.

Juliana dan Tanti sepakat, harus ada perubahan mendasar sikap bangsa sendiri untuk mengubah keadaan itu. Selain itu, pemerintah harus lebih melindungi tenaga kerjanya sendiri.

"Menjelang pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015, seharusnya bangsa Indonesia lebih percaya diri dengan kemampuannya sendiri," katanya.

"Ramah boleh, terbuka iya, tapi tetap harus bangga dengan diri sendiri," kata Juliana.

Hal itu, harus berlaku di semua lini, termasuk dalam hal menerima kebudayaan dari luar.

"Indonesia ini ibarat spons, kita serap semua. Tapi itu manusiawi, khan kita selalu ingin tahu banyak. Tapi mulai sekarang kita harus ubah cara berpikir, bahwa Indonesia itu keren, tidak kalah sama luar," katanya.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014