Ottawa (ANTARA News) - Lukisan Leonardo Da Vinci "Mona Lisa" aslinya menampilkan wanita yang memakai pakaian hamil yang lembut, dengan rambut terikat rapih. Meski detil-detil tersebut hilang karena pernis, kini pencitraan 3 dimensi dapat membuatnya terlihat kembali, para ilmuwan menyatakan Selasa. Para peneliti Dewan Riset Nasional Kanada (NRC) mengumumkan penemuan mereka tentang pencitraan 3 dimensi pertama atas karya agung tersebut, dengan menggunakan pemindai laser yang rumit, dalam konferensi pers di Ottawa. "Ini adalah "Mona Lisa" yang belum pernah kita lihat sebelumnya," kata Presiden NRC, Pierre Coulombe, seperti dilaporkan AFP. Sebuah tim peneliti NRC telah mengunjungi Paris pada Oktober 2004 untuk melakukan penelitian terhadap lukisan paling banyak ditatap di Museum Louvre tersebut, atas permintaan lembaga museum negara Prancis, Centre de Recherche et de Restauration des Musees de France (CRRMF). Pemindaian 3 dimensi itu mengungkapkan bahwa wanita dengan senyum penuh teka-teki itu semula dilukis dengan rambut terikat, meski sekarang kita melihatnya terurai hingga bahunya. Pembeberan tersebut menjawab kontroversi sebelumnya karena hanya wanita yang bercitra buruk yang membiarkan rambutnya terurai pada abad 16 di Italia, kata kepala proyek CRRMF Bruno Mottin. Mona Lisa sesungguhnya adalah wanita terhormat. Salah satu pakaian yang dikenakannya, mirip dengan pakaian yang digunakan wanita hamil atau menyusui pada masa itu, juga hilang karena pernis kuning dan tidak dapat lagi terlihat dengan mata telanjang, pemindaian inframerah menunjukkan. "Ini adalah sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya," kata Mottin. Tak ada misteri Mona Lisa asli memiliki tiga orang anak. Da Vinci diminta oleh seorang pengusaha Florence kaya bernama Francesco del Giocondo untuk melukis istrinya antara tahun 1503 dan 1506, menyusul keahiran anak kedua mereka. Namun ia menundanya dan mengerjakannya hingga akhir hayatnya, kemungkinan dengan mengubah bentuk rambut dan beberapa hal lainnya. Pada lukisan "Mona Lisa" yang asli, wanita itu menggenggam erat kursi dan tidak menyandar ke belakang kursi, seperti beberapa orang mempercayainya, namun duduk tegak, pemindaian itu memperlihatkan. Para peneliti juga mengungkap lebih jauh teknik melukis Da Vinci, termasuk teknik sfumato atau teknik asap modelingnya yang lembut dan berbayang gelap, kata Mottin. "Tidak ada misteri khusus dalam lukisan itu, seperti dikatakan buku `The Da Vinci Code` (karya Dan Brown)," katanya. "Tetapi dalam lukisan itu Leonardo mencoba untuk menangkap esensi hidup...Mewakili keahliannya...itu adalah misteri sesungguhnya yang bisa kami ungkap." Para peneliti mengidentifikasi kurangnya sapuan kuas. Hal itu menunjukkan Da Vinci mungkin menggunakan jarinya untuk melukis, meski tidak ditemukan sidik jari dalam karya seni itu. Pemindaian atas "Mona Lisa" mengungkap bahwa bagian yang lebih gelap, seperti mata dan sudut senyumnya, lebih tebal dan mengandung "timbunan lapisan tebal," kata ilmuwan NRC Francois Blais. Namun bagaimana Da Vinci sesungguhnya menggunakan lapisan pigmen dan medium minyak tetap menjadi misteri, jelasnya. "Lukisan itu dilukis dengan tipis dan sangat rata, namun begitu detil lekukan rambut sangat berbeda. Jadi tekniknya berbeda dengan teknik manapun yang pernah kita lihat sebelumnya," kata John Taylor dari NRC. Jarak sebesar 12 cm (4,7 inchi) pada bagian teratas lukisan yang merisaukan kurator tampak stabil, ujar para peneliti NRC dalam pernyataan mereka. Hal itu mungkin disebabkan oleh penggantian bingkai asli dan perbaikan pada pertengahan abad 18 dan awal abad 19, kata mereka. Panel kayu terkenal tempat Da Vinci melukis karya agungnya itu memiliki lekukan cembung di tengah sisi kanan yang lebih tinggi 12 milimeter (0,5 cm) dari bagian sekitarnya, kata peneliti, namun itu tidak mengancam senyum "Mona Lisa". Pemindaian 3 dimensi dilakukan lebih dari dua malam pada Oktober 2004 sebelum lukisan itu ditempatkan di sebuah display kaca di Museum Louvre di Paris. Mottin mengatakan meskipun dilihat oleh tujuh juta pengunjung museum setiap tahun, para peneliti hanya sedikit sekali bisa membawanya ke laboratorium untuk diteliti - sekali pada tahun 1930-an, 1952 dan sekarang. "Lukisan itu menderita karena statusnya yang tersohor," katanya. Citra terbaru itu akan memungkinkan para kurator melanjutkan penelitian mereka tanpa menyentuh kanvas dan mencoba teknik restorasi baru pada model 3 dimensinya sebelum menerapkan teknik tersebut pada gambar aslinya," kata Taylor. Teknologi kamera Kanada digunakan juga untuk mengamati patung ciptaan Michaelangelo "David" dan lukisan karya para seniman seperti Renoir dan Corot. Alat itu juga digunakan untuk menciptakan animasi untuk film Hollywood, seperti trilogi "Lord of the RIngs" garapan Peter Jackson, dan dalam pesawat ulang alik antariksa NASA untuk mengukur panas lapisan ubin pesawat selama melakukan misinya. (*)

Copyright © ANTARA 2006