Kebijakan kami sangat jelas: kami melukai mereka yang melukai kami...."
Yerusalem (ANTARA News) - Israel melancarkan serangan udara terhadap posisi Angkatan Darat Suriah Rabu pagi dan mengeluarkan peringatan gamblang terhadap Damaskus hanya beberapa jam sesudah sebuah bom di Golan yang diduduki melukai empat prajurit Israel.

Serangan udara tersebut menandai eskalasi paling serius sepanjang garis gencatan senjata dengan Suriah sejak Perang Timur Tengah pada 1973, diikuti peringatan menteri pertahanan Israel bahwa Damaskus akan membayar "mahal" karena membantu militan bertekat mencederai negara Yahudi, lapor AFP.

Pejuang Hizbullah, gerakan Syiah Lebanon yang kuat yang terlibat perang berdarah dengan Israel pada 2006, telah menggabungkan kekuatan dengan pasukan rezim dalam perang saudara Suriah dan dipuji atas serangkaian keberhasilan di medan tempur belakangan melawan pemberontak.

Menjelang serangan udara, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memperingatkan Israel akan bertindak "keras" untuk mempertahankan diri menyusul serangan Golan.

"IDF menyasar sejumlah posisi Angkatan Darat Suriah yang membantu serangan terhadap personil IDF kemarin," kata pernyataan militer, yang dikonfirmasi juru bicara bahwa serangan udara tersebut telah mengenai sasaran-sasaran di pihak Suriah di Dataran Tinggi Golan.

Serangan-serangan menargetkan fasilitas latihan angkatan darat, sebuah markas besar militer dan meriam artileri, sebut pernyataan itu.

Pemboman berlangsung 12 jam sesudah empat prajurit yang sedang berpatroli di sisi garis gencatan senjata Israel terluka akibat bom pinggir jalan, salah seorang diantaranya luka parah.

Peristiwa ini merupakan insiden ketiga dalam dua minggu di sepanjang perbatasan bagian utara Israel, yang pejabat militer Israel persalahkan pada angkatan darat Suriah karena ambil bagian dalam serangan tersebut.

Upaya menyerang tentara Israel di sepanjang perbatasan bagian utara Israel sebelumnya terjadi pada 5 dan 14 Maret yang dipersalahkan kepada Hizbullah. 

Menteri Pertahanan Moshe Yaalon mengatakan Israel menganggap rezim Suriah bertanggung jawab pada serangan tersebut.

"Kami menganggap rezim Assad bertanggung jawab atas apa yang sedang terjadi di bawah otoritasnya, dan jika rezim tersebut terus bekerja sama dengan elemen teror yang berupaya menciderai Israel, kami akan membuatnya membayar mahal," katanya dalam sebuah pernyataan dini hari.


Kapanpun, Dimanapun

Israel tidak akan mentoleransi "pelanggaran" apapun terhadap kedaulatannya dan akan terus menyerang siapapun yang berupaya melukai pasukan maupun penduduk sipilnya, kata Yaalon.

"Kami akan bereaksi dengan teguh dan keras terhadap siapapun yang beroperasi melawan kami, kapanpun dan dimanapun, seperti yang telah kami lakukan malam ini," katanya.

Dan Netanyahu pada Rabu mengatakan Israel tidak akan ragu untuk mengambil "tindakan keras" untuk memastikan ketenangan di perbatasan bagian utaranya.

"Kebijakan kami sangat jelas: kami melukai mereka yang melukai kami. Kami juga mencegah, sebisa yang kami mampu lakukan, transfer senjata lewat laut, udara atau darat, dan aktivitas ini akan berlanjut," katanya dalam komentar yang dirilis kantornya.

Para pejabat Israel telah berhati-hati tidak secara langsung menyalahkan Hizbullah pada tahap ini, namun Netanyahu pada Selasa mengatakan semakin banyak jumlah "elemen jihadis dan Hizbullah" di Golan Suriah, mengatakan hal itu "mencerminkan sebuah ancaman baru" bagi Israel.

Meskipun tidak ada klaim pertanggungjawaban atas bom hari Selasa tersebut, para analis menunjuk pada kemiripan dengan ledakan Jumat yang menyasar pasukan sepanjang perbatasan Lebanon, yang memicu Israel untuk menembaki posisi Hizbullah di seberang perbatasan.

Dan pada 5 Maret, pasukan Israel di Golan menembak anggota Hizbullah yang sengaja mencoba menanam sebuah bom dekat garis gencatan senjata, mengenai dua diantaranya. Sumber-sumber Suriah mengatakan 11 orang terluka.

Israel menduduki Dataran Tinggi Golan yang strategis pada perang Timur Tengah 1967 dan menganeksasinya pada 1981, sebuah langkah yang tidak pernah diakui komunitas internasional.

Para analis menghubungkan eskalasi ketegangan perbatasan dengan serangan udara 24 Februari yang menyasar sebuah posisi Hizbullah di Lebanon, dekat dengan perbatasan Suriah, yang kelompok Syiah persalahkan kepada Israel dan berjanji akan membalas.

Menulis di harian Yediot Aharonot, koresponden pertahanan Alex Fishman mengatakan Israel sedang "ditarik ke dalam tawuran" dengan Suriah dan Hizbullah.

Dengan ketiadaan kebijakan untuk menghentikan pemburukan keadaan sepanjang perbatasan, Israel harus mempertimbangkan pengiriman sebuah pesan yang jelas dalam bentuk "satu atau beberapa pukulan yang akan menghantam Damaskus atau Beirut dengan keras dan mengguncangkan seseorang di sana," tulisnya.

"Kebijakan 'diam-tak-melakukan-apapun'... merupakan undangan bagi insiden berikutnya." (*)

Pewarta: Kunto Wibisono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014