Sekitar seperempatnya (IKM) sudah bisa ekspor,"
Kuta (ANTARA News) - Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Saedah memperkirakan sekitar 25 persen industri kecil dan menengah (IKM) di bidang pangan sudah mampu ekspor ke mancanegara, meskipun masih dalam volume yang sedikit.

"Sekitar seperempatnya (IKM) sudah bisa ekspor," katanya pada lokakarya pendalaman kebijakan industri untuk wartawan di Kuta, Bali, Jumat.

Diakuinya, hal itu baru survei kecil-kecilan dari suatu pameran pangan terbesar di Jakarta yang diikuti sekitar 400 -- 500 IKM.

"Sekitar 100 sampai 150 IKM pangan tersebut sudah melakukan ekspor," ujar Euis.

Sebagian besar, kata dia, ekspor pangan yang diproduksi IKM tersebut berupa produk dalam kemasan seperti keripik, kacang, dan dodol.

"Produk-produk tersebut, terutama dikenal melalui turis mancanegara yang datang ke Indonesia dan mencicipi kemudian membeli makanan tersebut sebagai oleh-oleh," kata Euis.

Ia mencontohkan produk kacang di Bali banyak digemari turis sebagai oleh-oleh buat kerabat mereka. "Dari satu merek yang terkenal, seperti Rahayu, sekarang di gerai besar bisa ada 15 merek kacang," kata Euis.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar IKM -- yang berada di sekitar daerah wisata dan membidik pasar para turis -- membuat kemasan kecil-kecil untuk produk makanan, sehingga bisa dijadikan pilihan "buah tangan" oleh turis.

"Belanja makanan para turis yang datang ke Indonesia cukup besar," ujar Euis. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), kata dia, belanja makanan para turis tersebut mencapai rata-rata Rp100 ribu sampai Rp150 ribu per orang.

Saat ini, kata dia, ada sekitar satu juta IKM yang bergerak di sektor pangan dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 3,17 juta orang.

Jumlah tersebut hampir sepertiga dari total jumlah IKM di Indonesia yang mencapai 3,25 juta unit usaha yang menyerap sekitar delapan juta tenaga kerja. (*)

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014