Pemerintah memberikan kuota untuk subsidi BBM jenis solar hingga 2,5 juta kiloliter yang hingga saat ini hanya terpakai 1,8 juta kiloliter saja,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo mengungkapkan bahwa kuota subsidi bahan bakar minyak jenis solar untuk nelayan masih mencukupi sehingga tidak perlu dicabut.

"Pemerintah memberikan kuota untuk subsidi BBM jenis solar hingga 2,5 juta kiloliter yang hingga saat ini hanya terpakai 1,8 juta kiloliter saja," kata Sharif ketika usai rapat koordinasi di Kantor Kementerian Keuangan Jakarta, Selasa.

Hal itu dia katakan terkait dengan masalah yang timbul saat ini adalah akibat dari adanya salah persepsi sehingga Badan Pengatur Hilir Minyak Bumi dan Gas (BPH Migas) mengeluarkan surat batas yang menyatakan bahwa subsidi BBM hanya akan diberikan pada kapal dengan bobot dibawah 30 gt.

Pada kenyataannya, Sharif menjelaskan bahwa kuota subsidi untuk BBM nelayan masih sangat cukup, bahkan tidak akan habis meskipun diberikan untuk kapal nelayan dengan bobot 60 gt.

Terkait dengan masalah ini Sharif kemudian meminta agar kebijakan politik dapat lebih mengarah kepada nelayan dan melindungi nelayan.

"Sekarang di lapangan kasihan yang di bawah 30 gt mengantre berhari-hari. Apalagi yang di atas 30 gt malah tidak bisa bergerak," ujar Sharif.

Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Gellwyn Yusuf usai menghadiri rapat koordinasi di Kantor Kementerian Keuangan Jakarta pada Selasa (18/2).

"Tidak ada perubahan kebijakan bahwa untuk nelayan ada afirmative action, apalagi ada Instruksi Presiden Nomor 15 Tahun 2011 tentang Perlindungan Nelayan," kata Gellwyn.

Menurut Gellwyn masalah ini muncul karena salah menginterpretasi peraturan saja.

"BPH Migas itu hanya mengikuti. Dia juga butuh payung hukum. Nah payung hukum itu dasarnya kebijakan," kata Gellwyn.

Oleh sebab itu Gellwyn merasa perlu agar pihak-pihak terkait dapat duduk bersama dan membahas mengenai peraturan yang menyebabkan salah interpretasi ini.

"Ini dampaknya kan besar sekali. Makanya ada interpretasi apa, itu yang diperbaiki," tandas Gellwyn.(*)

Pewarta: Maria Rosari
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014