Boston (ANTARA News) - Seorang mahasiswa Universitas Harvard yang dituduh membuat kabar bohong tentang ancaman bom demi menghindari ujian akhir dilepaskan dengan jaminan 100.000 dolar AS oleh hakim federal pada Rabu (18/12).

Para penyidik mengatakan Eldo Kim (20) mengaku membuat ancaman melalui surat elektronik yang memicu evakuasi di kampus.

Kim diadili di Pengadilan Distrik Amerika Serikat di Boston dan jika terbukti bersalah dia bisa dihukum lima tahun penjara, pembebasan dengan pengawasan selama tiga tahun dan denda 250.000 dolar AS.

Kim dibawa ke pengadilan dengan tangan diborgol mengenakan celana olahraga Harvard dan kaus abu-abu.

Dia tidak mengajukan pembelaan dan hanya mengonfirmasi ke Hakim Judith Dein bahwa ia tahu ia punya hak untuk diam dan mendapatkan pengacara.

Dein melepaskan Kim di bawah pengasuhan kakak perempuan dan seorang paman.

Ia memerintahkan Kim menjauh dari kampus Harvard, kecuali mendapat izin dari pimpinan kampus dan mendapat pengawalan untuk mengambil barang-barang miliknya.

"Ini kewajiban sangat serius. Jika memasuki kawasan (Harvard) Anda harus dikawal," kata Dein seperti dilansir kantor berita Reuters.

Juru bicara Harvard pada Rabu menolak berkomentar mengenai apakah Kim masih tetap mahasiswa di universitas itu.

Pada Senin (16/12), Harvard mengevakuasi penghuni empat gedungnya, termasuk fasilitas ruang belajar dan asrama di kampus yang telah berusia berabad-abad di Cambridge, Massachusetts, setelah menerima surat elektronik yang menyatakan bom-bom telah ditempatkan di dua gedung.

Ancaman itu muncul sekitar delapan bulan setelah dua bom meledak di garis akhir lomba lari marathon Boston, menewaskan tiga orang dan melukai 264 orang.

Seorang agen Biro Investigasi Federal (FBI) melacak Kim pada Minggu malam di asramanya di kampus Harvard.

Agen FBI itu mengatakan dalam dokumen pengadilan bahwa Kim mengakui telah mengirim surat-surat elektronik berisi kabar bohong ke polisi universitas, beberapa administratur dan surat kabar mahasiswa.

Surat itu berisi informasi bahwa bom-bom telah ditempatkan di dua dari empat gedung kampus dengan tambahan pernyataan,"terka dengan tepat...lakukan dengan cepat karena mereka akan segera meledak."

"Kim menyatakan dia ada di ruang Emerson pukul 9.00 ketika alarm kebakaran berbunyi dan gedung itu dikosongkan," kata agen FBI itu.

"Menurut Kim, saat mendengar alarm itu dia tahu bahwa rencananya telah berjalan."

Laporan surat kabar mahasiswa The Harvard Crimson menyebutkan, Kim adalah mahasiswa tingkat dua. Dia warga negara AS keturunan Korea.

(Uu.M016)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013