Palangka Raya, (ANTARA News) - Permasalahan lingkungan hidup di Kalimantan Tengah semakin hari dinilai kian meningkat, sedangkan upaya penanggulangan yang dilakukan demikian lambat. Kepala Badan Pengelola dan Pelestari Lingkungan Hidup Kalteng Moses Nicodemus, di Palangka Raya, Jumat (25/8) mengatakan, permasalahan itu menjadi sangat kompleks mengingat upaya penanggulangan yang lambat sementara degradasi lingkungan sudah semakin cepat. "Bila diibaratkan, upaya penanggulangan itu seperti deret hitung karena begitu lambat, disisi lain degradasi lingkungan saat ini telah mencapai seperti deret ukur karena kecepatannya," kata Moses. Diantara permasalahan lingkungan hidup yang kini kerap melanda wilayah Kalteng, lanjutnya, seperti banjir musiman yang melanda sejumlah Daerah Aliran Sungai (DAS). Selain itu, di 11 DAS yang ada di Kalteng telah menunjukkan debit air setiap tahun semakin tinggi dan waktunya semakin lama. "Hal tersebut disebabkan terjadinya penebangan hutan secara tidak terkendali yang terus dilakukan baik oleh pemilik HPH nakal atau oleh pemilik modal yang membonceng masyarakat melakukan kegiatan illegal logging. Pada akhirnya kegiatan itu berdampak pada penggundulan hutan dan berpotensi banjir," ucapnya. Selain itu, kondisi bantaran sungai di Kalteng saat ini mengalami kerusakan yang sangat parah dan memprihatinkan karena adanya kegiatan pertambangan emas rakyat tanpa ijin (PETI), katanya. Berdasarkan data BPPLHD Kalteng tahun 2001, salah satu DAS yang memiliki jumlah peti terbanyak adalah DAS Kahayan dengan jumlah 1.434 buah mesin sedot. Jumlah itu meningkat di tahun 2003 menjadi 1.947 buah mesin sedot. "Kami menilai saat ini jumlahnya sudah jauh lebih banyak lagi karena itu data lama," ujar Moses. Moses menambahkan, walaupun kegiatan PETI memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat, tetapi disisi lain jumlah mesin sedot yang sangat banyak itu menjadi salah satu sumber kerusakan dan pencemaran lingkungan yang luar biasa.(*)

Copyright © ANTARA 2006