Australia harus bertanggungjawab terkait hal itu, khususnya dari sisi politis."
Kuta, Bali (ANTARA News) - Banyak wisatawan Australia di Bali merasa tidak terpengaruh dengan dikeluarkannya imbauan bepergian (travel advisory) dari pemerintahnya, menyusul ketegangan hubungan kedua negara terkait isu penyadapan yang diduga dilakukan Pemerintah Australia kepada sejumlah petinggi negara Indonesia.

"Sama sekali tidak terpengaruh dengan travel advisory. Justru itu kasus memalukan bagi Australia," kata seorang wisatawan Australia, Melissa Matheson (40), ditemui di Pantai Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu.

Wanita yang berasal dari Perth itu menyatakan, ketegangan hubungan kedua negara merupakan permasalahan antarpemerintah dan tidak mempengaruhi keinginannya untuk berwisata ke Pulau Dewata karena menganggap sebagai "rumah keduanya".

Dirinya menyikapi santai dikeluarkannya imbauan bepergian itu yang dikeluarkan pada 21 November 2013, dan berharap pemerintahan yang dipimpin Perdana Menteri Tony Abbot meminta maaf kepada Pemerintah Indonesia atas nama warga negara Australia dan demi hubungan kedua negara.

"Australia harus bertanggungjawab terkait hal itu, khususnya dari sisi politis," ucap wanita yang bekerja sebagai relawan pecinta lingkungan tersebut.

Hal senada juga diungkapkan Jim Ward (66), wisatawan dari negara bagian West Australia, yang menyatakan bahwa travel advisory harus dihadapi secara santai.

Secara pribadi, menurut dia, tidak terpengaruh karena menganggap Pulau Dewata sebagai te,pat tinggal saat libur karena sudah 16 kali berkunjung ke Bali.

"Saya tidak takut. Saya santai saja di sini," katanya.

Ia menyatakan, seharusnya atas nama warga dan Pemerintah Australia, Perdana Menteri Abbot, meminta maaf kepada pemerintah Indonesia karena telah melakukan penyadapan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat lainnya.

"Tony Abbot harus meminta maaf. Saya orang Liberal, tetapi saya bukan orang Abbot," ucapnya sambil tersenyum.

Wisatawan lainnya, Josh Goodi (31), dari New South Wales justru mengkhawatirkan apabila tidak ada pernyataan maaf dari pemerintah Australia, maka akan membuat hubungan kedua negara semakin meruncing dan mengganggu pariwisata kedua negara, terutama di Bali.

"Turis Australia mungkin saja tidak berkunjung ke Bali, jika hubungan dua negara tidak menunjukkan tanda membaik," ucapnya. (*)

Pewarta: Dewa K. Sudiarta Wiguna
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013