Kalau dilihat kasus penembakan terhadap polisi itu menunjukan bahwa para teroris ini masih terus melakukan aksinya,"
Jakarta (ANTARA News) - Mantan Panglima Jamaah Islamiah (JI) Nasir Abas mengatakan bibit radikalisme dan terorisme saat ini masih ada, terlihat dengan banyaknya penembakan terhadap anggota Polri yang marak belakangan ini.

"Kalau dilihat kasus penembakan terhadap polisi itu menunjukan bahwa para teroris ini masih terus melakukan aksinya," kata Nasir Abas dalam keterangan pers di depan 500 pelajar peserta pelatihan kepemimpinan yang diadakan Lazuardi Birru di Jakarta, Kamis.

Nasir Abas menjelaskan pola perekrutan para pelaku teror saat ini masih terus berlangsung dengan secara diam-diam dengan mendatangi orang-orang yang dianggap mempunyai pemikiran yang sama dan berlangsung dengan waktu yang tidak sebentar.

"Pola perekrutannya bisa lewat orang per orang dan penggunaan teknologi internet. Oleh karena itu para pemuda harus hati-hati dan memahami benar siapa teman yang diajak bicara jika tidak dikenal di manapun," katanya.

Ajakan untuk melakukan teror di Indonesia masih terus ada, sehngga untuk membatasi gerak dan pengaruh pelaku teror diperlukan kerjasama semua phak, termasuk keterlibatan para remaja.

"Para remaja kan masih labil jiwanya dan sangat mudah di pengaruhi oleh lingkungan, sehinga hal itulah yang dilihat para perekrut 'pengantin' (calon teroris) guna menjadikan mereka sebagai pelaku bom seperti yang terlihat para 'pengantin' itu kebanyakan anak-anak muda," tambah Nasir Abas.

Sementara itu, Tony Soemarmo, mantan ketua Asosiasi Korban Bom dan Terorisme di Indonesia berharap seluruh peserta pelatihan bisa menularkan ilmunya kepada teman sebayanya mengenai bahaya radikalisme dan terrorisme.

"Kita harapkan mereka bisa mengajak kawan-kawannya dan mempengaruhi mereka untuk tidak malakukan aksi kekerasan dimulai dari perkelahian antar pelajar hingga diedukasi terhadap ajakan untuk menjadi teroris," katanya.

Tony yang menjadi korban bom JW Marriot 1 itu mengaku senang bisa berbagi cerita dengan generasi muda perwakilan SMU dan Pondok Pesantren se-Indonesia bagaimana trauma yang mendalam dari para korban.

"Kami hingga saat ini masih mengalami trauma meski sedikit demi sedikir berangsur-angsur membaik. Trauma itu tidak bisa hilang apalagi kita itu sedang sendirian," katnya.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013