Beberapa calon salah berpikir bahwa dengan berkompromi dengan musuh, mereka akan mengurangi permusuhannya terhadap Iran. Itu salah,"
Teheran (ANTARA News) - Pemimpin spiritual Ayatollah Ali Khamenei pada Selasa mengingatkan bahwa Presiden Iran mendatang harus menolak berkompromi dengan Barat, karena itu tidak akan meredakan ketegangan sengketa nuklir mereka.

Khamenei adalah pengambil keputusan tertinggi di Iran dan memiliki hak penuh dalam memutuskan berbagai hal, termasuk program nuklir, yang dijalankan negara itu dan menjadi sumber kekhawatiran terbesar Barat terkait kemungkinan mereka mengembangkan senjata nuklir.

"Beberapa calon salah berpikir bahwa dengan berkompromi dengan musuh, mereka akan mengurangi permusuhannya terhadap Iran. Itu salah," kata Khamenei dalam pidato disiarkan televisi.

Pernyataan itu muncul menjelang pemilihan presiden Iran yang akan berlangsung pada 14 Juni guna mencari pengganti Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Pada masa kepemimpinan Ahmadinejad, Iran telah mendapat berbagai sanksi internasional serta krisis ekonomi akibat embargo ekonomi yang dilancarkan terhadap negara itu.

Delapan calon presiden yang telah diumumkan oleh Dewan Pelindung Iran merupakan calon-calon konservatif yang dekat dengan Khamenei. Mereka semua hadir dalam pidato pemimpin spiritual Iran tersebut dalam acara peringatan wafatnya pendiri Republik Islam Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini.

Dengan berbicara langsung kepada para capres, Khamenei mengatakan siapapun yang menang dalam pemilihan umum, dirinya harus berjanji untuk tidak mendahulukan kepentingan asing dari kepentingan rakyat Iran.

"Jika kita bisa mengatasi permasalahan ekonomi, konfrontasi yang dilakukan musuh akan pincang," kata Khamenei yang menegaskan bahwa ekonomi adalah isu utama bagi calon.

Khamenei juga mengatakan Iran harus mampu membangun ketahanan nasional dalam mengahadapi permusuhan Barat.

Di antara calon hadir, tampak perunding nuklir Iran Saeed Jalili, yang mewakili Iran dalam pembicaraan dengan negara P5+1 yaitu Amerika Serikat, Inggris, China, Prancis, dan Rusia ditambah Jerman.

Pembicaraan nuklir itu sejauh ini belum menghasilkan apa-apa selain setumpuk sanksi sepihak yang diberikan kepada Iran.

Mantan menteri luar negeri Iran selama 16 tahun Ali Akbar Velayati dan mantan negosiator nuklir Hassan Rowhani juga hadir dalam pidato resmi itu. Kedua kandidat itu berjanji akan menyelesaikan isu nuklir dengan rekam jejak diplomatik mereka.

Velayati yang merupakan penasihat masalah internasional bagi Khamenei bahkan telah menyatakan kesiapannya untuk berunding dan bekerja sama dengan Perancis guna mencari solusi politik atas krisis Suriah.

Iran adalah pendukung kuat Presiden Surah Bashar al-Assad sejak awal pemberontakan bersenjata untuk menggulingkan pemerintah itu. Berdasarkan kelompok pemantau HAM di Suriah, konflik di negara itu telah menewaskan lebih dari 94.000 orang sejak Maret 2011 lalu.
(P012)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013