Bogor (ANTARA News) - Sedikitnya terdapat 4.000 jenis kayu di Asia Tenggara, dengan 3.000 di antaranya atau 75 persen telah diidentifikasi dan contoh fisiknya sudah dikoleksi oleh museum kayu Xylarium Bogoriense di Bogor, Jawa Barat.

"Koleksi contoh kayu tersebut mencakup 591 marga (genus) dari 94 suku (family) yang terbagi dalam kelompok jenis-jenis kayu perdagangan (commercial species), kayu kurang dikenal (lesser known species) dan kayu yang paling sedikit dikenal (least known wood species)," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Badan Litbang dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan, IB Putera Parthama.

Dalam acara Diskusi Litbang Anatomi Kayu Indonesia di IPB International Convention Center, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin, Putera mengatakan, berdasarkan catatan publikasi ilmiah, telah terdeskripsi anatomi kayu dari 422 genera dengan lebih dari 4.000 jenis kayu Asia Tenggara di mana sebagian besar jenis-jenis tersebut tumbuh di Indonesia.

Menurut dia, ciri anatomi kayu mencakup 309 genera dengan kurang lebih 3.300 jenis, sehingga masih terdapat sekitar 577 jenis kayu yang belum tercakup.

Sejak tahun 2008, lanjut Putera, Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan (Pustekolah) telah melakukan penelitian anatomi kayu terhadap jenis-jenis kayu yang dikelompokkan dalam "The least known wood species".

"Jika dikerjakan 25 jenis kayu per tahun maka kelompok jenis The least known wood species tersebut akan memerlukan waktu penyelesaian selama 23 tahun," ujarnya.

Ia mengatakan, beberapa peneliti di Pustekolah saat ini juga telah melakukan penelitian anatomi fosil kayu, bambu, rotan dan kulit kayu (pepagan).

"Mengingat lamanya perkiraan waktu tersebut, tentu diperlukan upaya akselerasi penelitian kayu-kayu tersebut," kata Putera.

Putera menambahkan, Pustekolah memiliki Xylarium (perpustakaan kayu) sejak tahun 1914 bertempat di jalan Gungung Batu 5, Bogor.

Xylarium didirikan pada waktu jaman penjajahan Belanda di bawah lembaga kehutanan yang bernama Proefstation voor het Boschwezen yang selanjutnya menjadi cikal bakal berdirinya lembaga Badan Litbang Kehutanan.

Koleksi Xylarium Bogoriense secara rutin sudah digunakan untuk bahan rujukan guna melayani permintaan identifikasi kayu dari berbagai kalangan seperti industri perkayuan, pengembang (perumahan dan gedung), eksportir dan pedagang hasil hutan, instansi kehutanan (Dinas Kehutanan, BP2HP, BKSDA/Taman Nasional), kepolisian, kejaksaan, bea cukai, lembaga penelitian, xylaria di luar negeri, masyarakat umum dan mahasiswa.

Pewarta: Laily Rahmawati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013