Jakarta (ANTARA News) - Peningkatan volume salju di Kutub Selatan menyebabkan lebih banyak es terbawa ke laut dan iklim yang menghangat membuat es lebih cepat mencair sehingga tinggi muka laut naik.

Hasil studi terbaru menunjukkan, lelehan es di Greenland dan Kutub Selatan telah menyumbang hampir setengah inchi kenaikan permukaan air laut sejak tahun 1992.

Menurut penelitian yang dilakukan Mei 2012, lapisan es di Kutub Selatan yang awalnya diperkirakan tidak dapat meleleh ternyata juga lebih rapuh.

Respon Kutub Selatan terhadap perubahan iklim hampir selalu tidak dapat diprediksi, sebagian karena atmosfer yang menghangat menampung lebih banyak uap lembab dibanding atmosfer yang dingin.

Peningkatan kelembaban diperkirakan membawa lebih banyak salju di Kutub Selatan, yang diperkirakan mengurangi pencairan es akibat penghangatan udara dan air laut.

Namun hasil permodelan komputer yang dilakukan Ricarda Winkelmann dan rekan-rekannya di Potsdam Institute for Climate Impact Research di Jerman untuk melihat dampak beragam pemanasan iklim yang menunjukkan hal yang bertolak belakang.

Menurut mereka, salju yang turun dalam jumlah banyak justru memperbesar pencairan es, menguranginya.

"Simulasi kami terhadap skenario iklim pada masa mendatang menunjukkan antara 30 persen dan 65 persen es yang berasal dari peningkatan salju dikompensasi dengan peningkatan es yang meleleh," kata Winkelmann kepada LiveScience.

Alasannya, salju yang turun meningkatkan ketinggian tanah atau es tempatnya jatuh. Di Kutub Selatan, salju yang jatuh ke dataran es memberati dataran itu sehingga membuat mereka terbenam ke air.

Daratan tidak memiliki sifat elastis, jadi salju yang turun di daratan Kutub Selatan menyebabkan 10 kali lipat perubahan ketinggian di es yang mengapung.

Hal itu memunculkan lereng curam dari tanah ke es. Es akan mengalir lebih cepat dari daratan ke laut, menyebabkan peningkatan permukaan laut.

Para peneliti menerapkan beberapa skenario yang berdasarkan kehangatan Bumi dengan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer yang berbeda.

Paling sedikit, konsentrasi karbon dioksida adalah ekstra 2,6 Watt per meter kubik pada tahun 2100 sedangkan yang paling buruk adalah 8,5 Watt pada waktu yang sama.

Para peneliti memperkirakan dengan skenario 2,6 Watt/meter kubik, es Kutub Selatan akan menyebabkan peningkatan permukaan air laut setara dengan 0,008 meter bila lebih banyak salju turun. Dalam skenario terburuk, jumlahnya menjadi 0,56 meter.

Meski begitu, kata Winkelmann, masih diperlukan studi lebih lanjut untuk mengetahui dampak salju terhadap peningkatan air laut dan masa depan Kutub Selatan.

(nta)


Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2012