Jakarta (ANTARA) - Badan Wakaf Indonesia (BWI) menyatakan bahwa literasi dan kesadaran masyarakat terhadap wakaf semakin meningkat, ditandai dengan semakin banyaknya lembaga dan elemen masyarakat yang terlibat dan berpartisipasi aktif dalam pengembangan wakaf nasional.

"Secara umum, perwakafan di Indonesia trennya sudah mulai meningkat karena tingkat literasinya juga sudah semakin naik, kesadaran masyarakat juga sudah mulai tumbuh," kata Ketua Badan Pelaksana BWI Mohammad Nuh saat konferensi pers Rakornas BWI di Jakarta, Rabu.

Saat ini, menurut Nuh, wakaf tidak hanya dilakukan oleh pondok pesantren dan orang tua, tetapi juga perguruan tinggi negeri (PTN) dan para mahasiswa.

Baca juga: Wamenag tekankan pentingnya permudah akses publik terhadap perwakafan

"Misalnya saja yang tadi kita berikan penghargaan itu Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), berwakaf Rp50 miliar dan setiap tahun minimal Rp20 miliar. Institut Pertanian Bogor (IPB) berwakaf Rp200 miliar. PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum) itu sudah berwakaf," ujar Nuh.

Melihat tren wakaf yang semakin meningkat, Nuh pun berharap wakaf akan tembus hingga Rp1 triliun pada 2023 jika 21 PTN-BH yang ada di Indonesia saat ini ikut berkontribusi.

"Kalau masing-masing (wakaf) Rp50 miliar, itu tembus Rp1 triliun. Saya yakin banyak (PTN-BH) yang lain yang (wakaf) lebih dari Rp50 miliar," katanya.

Baca juga: BWI: Sertifikasi kompetensi nazhir tingkatkan kinerja perwakafan

Selain PTN-BH, lembaga seperti Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), perbankan syariah, dan pasar modal syariah juga turut mengambil peran dalam pengembangan wakaf nasional.

Kemudian, banyak juga pergerakan berwakaf dari kelompok masyarakat seperti Aparatur Sipil Negara (ASN), karyawan swasta, hingga akademisi dan pelajar.

Ke depan, Nuh berharap wakaf mampu memberikan kontribusi besar terhadap akselerasi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan perekonomian nasional dengan disertai peningkatan aset wakaf serta penyalurannya.

Baca juga: Kemenag: Program inkubasi wakaf produktif jadi upaya kelola aset wakaf

Untuk itu, kata dia, sosialisasi tentang perwakafan bukan sebuah pilihan melainkan keniscayaan agar lebih banyak elemen masyarakat yang ikut berpartisipasi.

"Bangsa ini memerlukan investasi baik infrastruktur maupun noninfrastruktur yang sangat besar. Itu tidak mungkin dipenuhi sendiri oleh pemerintah, yang bisa ikut memenuhi yaitu partisipasi publik," kata Nuh.

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022