Jakarta (ANTARA News) - Indonesia berniat untuk memperketat Surat Keterangan Asal (SKA) sebagai langkah untuk mengantisipasi terjadinya praktek pemindahan kapal (transhipment) untuk beberapa komoditi ekspor. Pernyataan itu dikemukakan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu seusai pembukaan Sesi Khusus Para Kepala Negara/Pemerintahan Negara-Negara Kepulauan Pasifik Sidang ke-62 Komisi Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Asia dan Pasifik (UNESCAP Plus) oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Senin. "Kita melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi terjadinya transhipment, tapi bukan berarti sudah terjadi," katanya saat menjawab pertanyaan wartawan mengenai hasil kunjungan Mendag ke Washington, AS beberapa waktu lalu. Menurut data kepabeanan AS, sejumlah pengusaha Indonesia telah melakukan praktik pemindahan kapal produk garmen dari negara lain untuk dimasukan ke pasar Amerika Serikat. Pratek transhipment ini merebak setelah pemerintah AS mengeluarkan kebijakan untuk membatasi masuknya tekstil, antara lain dari China. Akibat praktik transhipment ini, produk tekstil Indonesia terancam diembargo dan dikenakan bea masuk (BM) premium oleh Amerika Serikat (AS). Selain Indonesia, negara lain yang juga menghadapi kasus yang sama adalah Malaysia, Thailand, Singapura dan Hong Kong. Hal yang sama juga terjadi terhadap komoditi udang, sehingga pengusaha Indonesia saat ini juga mengalami kesulitan untuk mengekspor produk udang ke pasar AS. "Kesimpulannya kedua belah pihak merasa perlu untuk mengantisipasi masalah ini dan sepakat akan melakukan kerjasama," katanya. Bentuk kerjasamanya, kata dia, berupa pertukaran informasi antar lembaga kepabeanan kedua negara dan memperketat SKA. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa hingga kini tim independen AS yang menyelidiki masalah pemindahan kapal pada kasus 2004 belum menyampaikan hasil penyelidikan kepada pihak Indonesia. "Tapi, kita sepakat hanya membatasi masalah-masalah itu pada yang sudah terjadi sedangkan yang masa depan kan belum ada masalah. Belum ada istilahnya penyetopan dari mereka," katanya. Investasi Saat ditanya mengenai investasi, Mendag mengatakan bahwa untuk meningkatkan investasi AS ke Indonesia, dalam lawatan ke AS, Mendag melakukan pertemuan dengan kalangan bisnis AS sebanyak lima hingga enam kali di tiga kota di AS yaitu Washington, New York dan Chicago. "Kita menjelaskan perkembangan terakhir di Indonesia termasuk paket investasi," ujarnya. Sejumlah bidang yang cukup menarik minat investor, menurut Mendag, adalah kopi, kakau, pertambangan, migas dan prasarana. "Cukup banyak yang bertanya," katanya. Jadi, kata dia, bagi AS yang penting adalah isu keamanan dan kepastian hukum. "Hasil dari pertemuan sangat positif baik dari pemerintah atau pengusaha jadi kami optimis," ujarnya. Tahun 2005 lalu, ekspor Indonesia ke AS mencapai US$12,01 miliar atau naik 11,15% dibandingkan tahun 2004. Sementara itu, investasi AS di Indonesia sudah mencapai US$ 10 miliar dan diperkirakan akan naik secara signifikan dalam beberapa tahu ke depan, terutama di bidang energi, pertambangan, industri pengolahan dan barang konsumsi.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006