Bandar Lampung, (ANTARA News) - Upaya keras disertai ketekunan, ketelitian dan dukungan biaya besar serta tudingan "miring" atas keberadaan Suaka Rhino Sumatera (SRS) di kawasan hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur belum juga berakhir. Informasi dari pengelola SRS seluas seratusan hektare kepada ANTARA Bandar Lampung, Selasa (8/3) menunjukkan, kendati sejumlah perkembangan berarti perilaku seksual beberapa ekor Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), namun badak betina yang ada belum juga hamil dan melahirkan anak. Padahal bertahun-tahun pengelola SRS yang mendapatkan dukungan dari pemerintah (Departemen Kehutanan) dan beberapa lembaga internasional itu, melakukan berbagai upaya yang bertujuan melakukan pembiakan demi pelestarian badak yang merupakan "fosil hidup" secara semi in-situ. Kini di SRS terdapat empat ekor badak, tiga ekor betina (Bina, Ratu, dan Rossa) serta satu ekor badak jantan (Torgamba). Ratu dan Rossa merupakan penghuni baru SRS itu. Ratu diselamatkan setelah keluar dari hutan TNWK ke ladang dan perkampungan penduduk sehingga mengalami cedera kaki yang kini masih dalam pemulihan. Rossa diselamatkan dari hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat, setelah dalam 3-4 tahun terakhir sering kedapatan keluar hutan masuk ke kebun dan kampung, bahkan terlihat tidak takut dengan manusia (cenderung jinak). Torgamba adalah badak betina yang didatangkan beberapa tahun lalu dari salah satu kebun binatang di luar negeri. Sebenarnya di SRS TNWK terdapat satu lagi badak, Dusun, namun badak itu kedapatan telah mati beberapa tahun lalu, diduga akibat usia tua dan kelumpuhan yang dideritanya. "Menjelang kematiannya, Dusun masih mau makan, tapi ternyata kondisi jantungnya tidak kuat termasuk kelumpuhan binatang sebesar itu membuat kondisinya terus memburuk," ujar Site Manager SRS, Drh Marcellus Adi CTR. Hasil otopsi Dusun di Bogor, menunjukkan tidak ada petunjuk terjadi gangguan di pencernaan padahal lazimnya sejumlah badak yang mati di dunia ini, mengalami masalah di pencernaannya. "Otopsi itu juga tidak menunjukkan adanya infeksi, tapi terdapat gangguan syaraf yang membuat badak itu lumpuh serta kemungkinan adanya gangguan pada otaknya yang diperkirakan karena usia tua," ujar Marcellus pula. Dusun yang berasal dari Malaysia tapi sempat dipelihara di salah satu kebun binatang di Indonesia itu, diperkirakan telah berusia 30-an tahun. Umumnya badak di dunia ini, dapat hidup hingga usia 40-an tahun. Sejumlah aktivis lingkungan di Lampung hingga kini masih terus memersoalkan keberadaan SRS di TNWK yang "memasukkan" badak liar maupun mendatangkan badak di kebun binatang yang ada di dalam maupun luar negeri. Kontroversi panjang masih mengiringi upaya pemindahan Rossa dari TNBBS ke SRS TNWK itu. Namun penyelamatan Ratu justru nyaris kurang terdengar menimbulkan reaksi dari kalangan aktivis lingkungan di daerah ini yang dipastikan akan "galak" menyikapi sejumlah kebijakan berkaitan lingkungan hidup dan satwa di daerahnya. Para aktivis memertanyakan hasil penangkaran dan pembiakan serta pelestarian di SRS TNWK itu yang hingga sekarang belum jelas. Mereka mencemaskan adanya rencana untuk kembali "mengambil" badak Sumatera liar dari alamnya. Padahal di penangkaran tersebut belum berhasil, sehingga diingatkan untuk lebih baik menyelamatkan dan melindungi habitat badak liar di alam agar tetap hidup dan bisa berbiak secara alamiah. Namun begitu, pengelola SRS TNWK, menurut Marcellus tetap akan berupaya mengawinkan badak yang ada, kendati hingga kini belum ada satu pun badak yang hamil. Padahal berkali-kali telah terjadi perkawinan diantara mereka. Pihak SRS juga berupaya menyarankan kepada pemerintah dan lembaga yang menopang penangkaran itu, untuk dapat mendatangkan badak jantan (Andalas) yang diketahui masih produktif yang kini dipelihara di salah satu kebun binatang di AS. Usulan itu mengingat kondisi satu-satunya badak jantan di SRS, Torgamba, telah diketahui memiliki sperma yang lemah sehingga belum mampu membuahi badak betina yang dikawininya. "Badak memang salah satu satwa liar yang telah lama hidup di dunia ini, bahkan disebut sebagai salah satu fosil hidup yang tetap bertahan," ujar Marcellus. Kenyataannya, upaya terus mempertahankan kehidupan dan membiakkan Badak Sumatera di SRS TNWK terbukti masih belum menunjukkan hasil nyata seperti diharapkan, adanya badak betina yang hamil dan melahirkan.(*)

Copyright © ANTARA 2006