Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan Presidensi G20 Indonesia mendorong pemerataan distribusi vaksin COVID-19 terutama ke negara-negara berkembang.

"Proposal Indonesia adalah kita ingin menciptakan satu mekanisme pendanaan yang mendukung ketersediaan vaksin dan obat-obatan untuk negara yang membutuhkan," kata Airlangga dalam webinar Paviliun Indonesia di pertemuan World Economic Forum (WEF)) Davos, yang dipantau secara daring, Senin.

Arsitektur kesehatan global menjadi salah satu isu utama yang dibahas dalam Presidensi G20 Indonesia mengingat pandemi COVID-19 belum benar-benar berakhir.

Selanjutnya, transformasi digital juga menjadi tema yang dibahas dalam Presidensi G20 Indonesia mengingat digitalisasi telah berkontribusi terhadap perekonomian negara-negara G20 selama dua tahun pandemi.

"Di dalam Asia sendiri diproyeksikan ekonomi Asia akan memperoleh 300 miliar dolar AS dari digitalisasi," katanya.

Namun demikian, banyak negara menghadapi tantangan dalam melakukan transformasi digital berupa pembangunan infrastruktur yang akan didiskusikan di pertemuan G20.

Tema terakhir yang dibahas ialah terkait transisi energi kepada energi baru dan terbarukan (EBT), termasuk pembiayaannya.

"Indonesia berkomitmen pada 2050 setidaknya 30 persen energi yang digunakan merupakan energi baru dan terbarukan (EBT)," katanya.

Ia menambahkan Presiden Jokowi juga ditunjuk oleh Direktur Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menjadi bagian dari kelompok yang akan membahas transisi energi, ketersediaan dan keamanan pangan, dan pendanaan untuk negara berkembang yang saat ini kesulitan membayar utang.

"Selama pandemi ini sebagian besar negara menggunakan leverage pinjaman untuk membiayai program-program dukungan sosial dan restrukturisasi utang yang diperlukan," katanya.

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022