Ada kekhawatiran besar di Lebanon mengenai ini," kata Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon Michael Williams, yang membicarakan potensi terjadinya 'bentrokan konvesional di Lebanon.
PBB, New York (ANTARA News/AFP) - Kerusuhan di Suriah, yang dirongrong berbulan-bulan protes oposisi, menarik perhatian di negara tetangganya, Lebanon, tempat tersimpan risiko bentrokan antar-agama, demikian peringatan seorang pejabat PBB, Kamis (21/7).

"Ada kekhawatiran besar di Lebanon mengenai ini," kata Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon Michael Williams, yang membicarakan potensi terjadinya 'bentrokan konvesional di Lebanon".

"Apa yang terjadi (di Suriah) menimbulkan kekhawatiran di Lebanon," kata Williams dalam taklimat sebagaimana dikutip AFP, yang dipantau ANTARA News, di Jakarta, Jumat.

Banyak pegiat mengatakan penindasan oleh pemerintah Suriah terhadap pemrotes oposisi telah menewaskan lebih dari 1.400 warga sipil sejak pertengahan Maret. Ribuan orang lagi telah dipenjarakan.

Hubungan antara Suriah dan Lebanon menjadi rumit oleh pendudukan lama Suriah atas tetangganya itu, tempat Damaskus memiliki pengaruh politik yang sangat besar. Suriah baru menarik tentaranya dari Lebanon pada 2005, setelah tiga dasawarsa dominasi politik militer.

Namun Williams menekankan situasi tetap tenang di sepanjang jalur PBB yang memisahkan Lebanon selatan dari Israel.

"Luar biasa, kendati ada ketegangan dan beberapa ada kejadian, resolusi tersebut berjalan sangat baik," katanya. Ia merujuk kepada resolusi yang mengakhiri permusuhan antara kelompok pejuang Syiah dan Israel.

"Meskipun terhentinya permusuhan telah berjalan baik, tak ada gerakan ke arah gencatan senjata," katanya.

Tuduh telah sering dilontarkan oleh negara Barat bahwa Suriah telah mempersenjatai anggota Hizbullah, kendati ada resolusi PBB yang melarang tindakan semacam itu.

Sementara itu tentara Suriah melanjutkan operasi keamanan besar-besaran di Homs hingga Kamis (21/7) dan 22 orang telah tewas sejak Senin (18/7), demikian laporan kelompok oposisi.

(C003) (A011) 

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011