Jakarta (ANTARA News) - Perubahan iklim secara ternyata terkait dengan cuaca ekstrim yang menimbulkan kerusakan di seluruh penjuru duniadalam sepuluh tahun terakhir, ungkap para ilmuwan.

Para ahli meyakini hubungan yang serius antara keduanya setelah lebih dari 20 tahun berkutat pada akibat efek gas rumah kaca atas terjadinya badai besar, banjir dan kekeringan yang menjadi sorotan global.

Kontroversi peralihan (U-turn) iklim itu merupakan kepergian yang radikal dari titik awal sebelumnya dan dibuat oleh sebuah aliansi baru internasional dari para peneliti iklim dari seluruh dunia.

Pertalian dari hubungan peristiwa iklim yang berhubungan telah dibentuk untuk menyelidiki kejadian cuaca yang tak terduga.

Koalisi itu sedang dalam proses pembentukan sebuah laporan akan isu itu akan dilansir pada pertemuan "Denver's World Climate Research Programme" akhir tahun ini.

Gerakan itu tampaknya akan kontroversial, dimasa lalu, para ilmuwan menolak hubungan satu kejadian cuaca yang tak terduga dengan perubahan iklim, tak hanya karena para ilmuwan dari "pertalian iklim" itu sepertinya tertohok oleh para kaum skeptik yang mempertanyakan kaitan antara emisi karbondioksida industrial dan peningkatan suhu global.

Meski begitu, mereka kini percaya bahwa tak lagi relevan menyebut cuaca ekstrem yang hanya "konsisten" dengan perubahan iklim.

Bahkan,koalisi itu menginginkan untuk menganalisa kejadian guna melihat apakah hal itu memungkinkan bahwa peningkatan suhu global pada abad ini ternyata berkontribusi atau menjadi penyebabnya.

Jumlah ilmuwan yang meningkat kini mempersiapkan untuk mengadopsi pendirian yang lebih agresif dalam persoalan itu, dan hal itu telah dilaporkan.

Peter Stott, pimpinan para ilmuwan Iklim dari Met Office Hadley Centre dari Exeter seperti dikutip dari The Independent mengatakan bahwa "kami saat ini bergerak dari balik titik yang mengatakan bahwa kami tak dapat katakan apapun mengenai pertalian kejadian cuaca ekstrem dengan perubahan iklim".

"Hal itu sangat jelas dalam sebuah perubahan iklim kini yang bermakna ada kelembaban lebih di dalam atmosfer dan berpontensi menciptakan badai yang lebih kuat dan hujan yang lebih lebat secara jelas ada di sana," katanya.

Kevin Trentberth, seorang ilmuwan senior dari U.S. National Centre for Atmospheric Research (NCAR) di wilayah Boulder Colorado AS, menambahkan "kami mendapati kandungan air tambahan yang menguap ini mengintai untuk menunggu membuat badai dan kemudian terkandung lebih kelembaban sama seperti panas yang tersedia untuk badai itu terbentuk.

"Model itu memperkirakan hal itu akan beranjang lebih kering di wilayah subtropis, lebih basah dalam palung musim hujan  dan lebih basah pada garis lingtang yang lebih tinggi. "Ini adalah pola yang kita saksikan sekarang," katanya.

NCAR bergabung dengan Met office untuk bekerja bersama organisasi iklim lainnya guna menghasilkan inventigasi rinci dalam kejadian cuaca ekstrem.

Berdsarkan keterangan Dr Stott, penelitian sedang dalam proses menuju pengesahan dari European heatwave in 2003. Ketika 35 ribu orang lebih meninggal karena gelombang panas yang penyebabnya berhubungan - dan banjir di Inggris pada tahun 2000 yang diikuti musim gugur terbasah di Inggris sejak catatan yang dimulai pada tahun 1766.

Hal itu juga akan terlihat pada bulan April ini yang terasa hangat di Inggris. Banyak orang percaya bahwa pemanasan global disalahkan untuk datangnya tornado yang tak diduga yang terjadi pada wilayah tenggara AS pada bulan Mei.

Sebuah laporan, yang diperoleh dari perusahaan asuransi munich Re, mengakui bahwa di tahun 2010 merupakan tahun yang terburuk sepanjang catatan bencana alam, dengan sembilan hingga sepuluh dari iklim yang terkait dengan cuaca ekstrim, seperti gelombang panas di rusia dan banjir di Australia dan Pakistan.(*)
(yud)

Pewarta: Yudha Pratama Jaya
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011