Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendukung dan memperkuat industri kuliner melalui kegiatan alih teknologi pengemasan makanan, sehingga makanan menjadi lebih tahan lama tanpa bahan kimia.

"Metode teknologi pengemasan makanan dengan kaleng ini menjadikan olahan makanan menjadi awet tanpa bahan kimia," kata Pelaksana tugas Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN, Mego Pinandito dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Teknologi tersebut mampu mengemas olahan makanan dan bahan makanan menjadi tahan lebih lama, tanpa adanya perubahan rasa, warna, bau dan kualitasnya.

Mego menuturkan salah satu skema alih teknologi ke industri adalah melalui perjanjian lisensi, yakni kesepakatan penggunaan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang dihasilkan peneliti BRIN untuk dapat digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian.

Baca juga: Rachmat Gobel minta industri makanan-minuman perkuat nilai tambah UMKM

Dengan pemanfaatan teknologi tersebut, misalnya, bahan makanan bersantan dan bersayur yang melalui proses pemanasan dengan suhu tertentu dapat menjadi lebih awet dan dapat dikalengkan, sehingga lebih praktis.

Alih teknologi merupakan upaya pengalihan kemampuan hasil riset dan inovasi untuk dapat dimanfaatkan secara luas kepada industri dan masyarakat secara umum.

Sebagai wujud nyata program alih teknologi, BRIN melalui Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi menjalin kerja sama dengan PT Okwi Food Indonesia tentang Paten Biasa: Metode Pengemasan Bahan Makanan Heterogen dalam Satu Wadah.

Mego berharap industri usaha kuliner lainnya di Indonesia dapat mereplikasikan dan memanfaatkan teknologi tersebut.

Ia mengatakan berbagai teknologi yang telah dihasilkan BRIN sangat terbuka untuk dapat dimanfaatkan oleh semua pihak termasuk industri.

"Harapannya kita bisa mendorong, membantu industri kecil menjadi menengah dan seterusnya. Kita tidak bisa sendirian, kita selalu bergandengan tangan dengan Institusi yang membidangi tentunya, kita upayakan fasilitasi sampai proses lanjutannya,” ujar Mego.

Pelaksana tugas Direktur Alih dan Sistem Audit Teknologi BRIN, Arwanto​​​​​​ mengatakan teknologi pengemasan bahan makanan heterogen dalam satu wadah itu dikembangkan oleh peneliti Asep Nurhikmat dan tim dari Pusat Riset Teknologi Bahan Alam BRIN.

"Tentu tidak hanya teknologi ini yang kami tawarkan, masih banyak yang lain disesuaikan kebutuhan dan kondisi mitra industri," tuturnya.

Melalui kerja sama dengan industri, BRIN tidak berhenti hanya pada pemberian lisensi dan pendampingan proses alih teknologi, namun juga memberikan fasilitas dan pendampingan terkait proses lanjutan seperti perizinan hasil produk sampai dapat dipasarkan.

Pada tahap awal, industri memang masih menggunakan alat yang disediakan oleh BRIN.

Baca juga: Kemristek: Harus ada alih teknologi kerja sama riset dengan asing

Baca juga: Pengusaha: UU Ciptaker wajibkan investor asing alih teknologi


Namun, ketika industri sudah dapat mandiri secara penuh, memiliki kemampuan mengoperasionalkan dan paham cara atau metodenya, diharapkan mereka bisa membangun pabrik sendiri, disertai pemahaman terkait proses perizinan dan izin edar.

Sebagai informasi, PT Okwi Food Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan makanan tradisional dan rumah makan di beberapa kota. Salah satu produk makanan yang dihasilkan adalah Ikan Manyung Kuah Mangut.

Direktur PT Okwi Food Indonesia Ahmad Dwiyanto berharap dengan pemanfaatan teknologi tersebut, kualitas produk dapat meningkat dan memperluas jangkauan pemasaran melalui jejaring yang dimiliki perusahaan.

"Kami bersyukur sekali dengan adanya teknologi ini, metode ini menjadi jawaban bagi kami yang ingin mengembangkan produk lokal ke ranah nasional, bahkan internasional," ujarnya.

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022