Washington (ANTARA News/AFP) - Serangan yang melukai Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh adalah upaya pembunuhan, dan tampaknya "pekerjaan orang dalam", dengan menggunakan bahan peledak, bukan mortir atau peluru tank, kata beberapa ahli PBB, Kamis.

STRATFOR, lembaga masalah strategis dan intelijen taktis yang berpusat di AS , mengatakan penilaiannya dilandasi atas evaluasi gambar yang diambil di lokasi ledakan, satu masjid di dalam kompleks kepresidenan Saleh di Sana`a.

"Pada 7 Juni, kami mendapat beberapa gambar bagian luar dan dalam masjid itu, tempat serangan terjadi," kata Wakil Presiden Intelijen Taktis STRATFOR, Scott Stewart.

"Dan saat kami meneliti gambar ini secara seksama, itu memungkinkan kami menentukan itu dipastikan adalah bahan peledak rakitan (IED) yang digunakan dalam serangan tersebut, bukan sejenis amunisi militer seperti peluru mortir atau rudal yang dikendalikan tank," kata Scott Stewart .

Di dalam video yang diposting di jejaring STRATFOR (http://tinyurl.com/5wgstoo), Stewart menyampaikan kesimpulan logis.

"Jika kita meneliti cara pecahan tembok jatuh, itu benar-benar kelihatan tembok itu didorong ke arah luar, dan bukan semacam dampak dari luar," katanya.

"Tentu saja, ketika kita melihat kerangka jendela yang menonjol dari jendela ini, kita juga dapat melihat kekuatan ledakan mengarah ke luar, dan bukan ke arah dalam bangunan," katanya.

Stewart menunjuk ke satu lubang kecil di tembok beton, yang diduga para ahli STRATFOR sebagai tempat bahan peledak tersebut diletakkan.

"Coba perhatikan pola residu di tembok di sana, bekas hangus dan bahkan puing di ruangan; kita dapat mengatakan itu menyebar dari tempat itu di tembok," katanya.

STRATFOR menyatakan pola ledakan itu --banyak benda telah tergetar atau pecah dan bukan terlempar-- menunjukkan sejenis bahan peledak tingkat militer, barangkali TNT atau Semtex, dan bukan bahan peledak tingkat komersial. (C003/A011/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011