Jakarta (ANTARA) -
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar mengharapkan program Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (Tekad) mendukung percepatan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau sustainable development goals (SDGs) desa.
 
"Penyusunan program di desa harus berdasarkan data, bukan berdasar keinginan. Perdebatannya pada data yang dimiliki desa, bukan pada keinginan elite saja," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
 
Ia mengharapkan program itu dilaksanakan berdasarkan data mikro yang dimiliki desa dan telah dimutakhirkan desa.
 
Dia mengemukakan dengan pelaksanaan program yang berdasarkan data maka akan berkontribusi signifikan untuk kesejahteraan masyarakat desa dan peningkatan ekonomi desa yang inklusif.

Berbagai macam dukungan anggaran dan bantuan melalui program Tekad, kata dia, harus dilihat dalam kerangka memajukan desa dan harus diarahkan pada kegiatan yang berdaya guna. Program yang tepat guna akan semakin mempercepat proses desa dalam membangun kemandirian di sektor sosial ekonomi.

"Ini harus benar-benar dinikmati oleh warga desa, harus ada yang diterima warga desa. Beban anggaran harus lebih banyak yang dibelanjakan untuk warga desa, bukan didominasi oleh urusan-urusan yang bersifat administratif," kata dia saat menjadi pembicara kunci pada lokakarya Kolaborasi Transformasi Ekonomi Kampung Terpadu (Tekad) di Jakarta, Kamis (16/12).

Ia menjelaskan program Tekad kerja sama pemerintah dengan International Fund for Agriculture Development (IFAD) yang dilakukan di wilayah timur Indonesia, untuk mempercepat pembangunan Kawasan Indonesia Timur, khususnya sektor pangan.

"Indonesia timur memang butuh perhatian khusus. Kendala akses jalan, minimnya akses listrik hingga internet semakin menghambat masyarakat untuk merambah pangsa usaha e-commerce," paparnya.

Baca juga: Kemendes PDTT prioritaskan revitalisasi 152 kawasan transmigrasi

Oleh karena itu, menurut dia, diperlukan kolaborasi yang baik antara kader kampung program ini dengan pendamping desa di lapangan.

Tujuannya, lanjut dia, agar peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah terpencil, khususnya melalui sektor pangan di Indonesia timur pada akhirnya dapat menunjukkan keberhasilan.

"Diperlukan sosialisasi dan koordinasi di internal pelaksana program, dari nasional hingga desa. Agar seluruh sumber daya yang ada dalam struktur pelaksana program, dapat dioptimalkan untuk pencapaian sasaran program," katanya.

Ia juga berharap, program Tekad mampu meningkatkan penghasilan sekitar 412.300 rumah tangga dan memberi manfaat untuk 1.855.350 orang di 500 desa inti, 1.220 desa klaster di 25 kabupaten, di lima provinsi di Indonesia timur, yaitu Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur.

Dia mengatakan desa-desa inti nantinya didesain sedemikian rupa agar mudah direplikasi oleh desa klaster.

Sebanyak 1.720 desa yang menjadi sasaran dalam program ini harus bisa menjadi desa percontohan bagi puluhan ribu desa lainnya di Indonesia

"Semua inovasi di desa sasaran program harus dicatat dan disebarluaskan ke desa-desa seluruh Indonesia sehingga desa lain bisa mereplikasi," ujar dia.

Baca juga: Mendes PDTT berharap semakin banyak film Indonesia bercerita desa

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021