Wellington (ANTARA News) - Seorang pria Selandia Baru yang sakit mental dan memotong serta memakan jarinya dalam kasus langka kanibalisme terhadap diri sendiri telah menggambarkan perbuatannya sebagai teriakan minta tolong tapi "akhirnya, terbukti sebagai gagasan yang sangat bodoh".

Kasus pria tersebut diberitakan pada April di jurnal medis Australasian Psychiatry, yang menggambarkannya sebagai satu dari delapan contoh yang terdokumentasi mengenai kanibalisme terhadap diri sendiri yang tercatat di dunia.

Penulis laporan itu, ahli ilmu jiwa forensik Erik Monasterio dan ahli ilmu jiwa klinis Craig Prince, mengatakan pria itu membalut jari kelingkingnya, memotongnya dengan gergaji, dan memasaknya bersama sayuran serta memakannya.

Ia menderita depresi ringan, insomnia dan pikiran untuk bunuh diri saat peristiwa tersebut terjadi pada 2009, kata kedua ilmuwan itu.

Jurnal tersebut melaporkan pria itu, yang berusia 28 tahun saat peristiwa itu terjadi, tidak menderita sakit jiwa ketika ia diperiksa di rumah sakit dan tak mengkonsumsi narkotika atau alkohol.

Namun, New Zealand Herald, Rabu, melaporkan pria tersebut mengatakan kepada harian itu bahwa ia telah mengalami babak kejiwaan saat itu tapi kondisi tersebut telah berlalu saat ia tiba di rumah sakit.

Ia menyampaikan kekecewaan karena ia mengalami kesulitan untuk mendapat bantuan medis buat sakit kejiwaannya. Ia mengatakan ia berjuang untuk meyakinkan para petugas kesehatan mental bahwa kondisinya bukan semata-semata depresi.

"Saya telah kehilangan semua kepercayaan pada sistem. Kamu harus mengatakan kamu akan membunuh seseorang atau bunuh diri untuk mendapat perhatian," kata pria tersebut kepada surat kabar itu.

Pria tersebut, yang menggambarkan dirinya sebagai vegetarian pengikut Buddha, mengatakan ia sekarang menyesal telah makan jarinya.

Ia mengatakan perbuatannya adalah upaya yang susah-payah untuk mendapat perhatian dari lembaga kesehatan mental dan ia berharap kasusnya akan mendorong orang lain yang menderita gangguan mental untuk mencari bantuan.

Ia mengatakan kepada koran itu rekan satu flatnya saat ini tak "peduli" ketika pria tersebut memberi tahu dia apa yang telah ia kerjakan tapi mereka ingin tahu mengenai pengalaman itu.

"Mereka bertanya kepada saya ,"Bagaimana rasanya? Apa rasanya seperti daging ayam atau babi?`," kata pria tersebut --yang tak disebutkan jati dirinya.

Ia mengatakan ia telah memberi tahu rekan satu flatnya bahwa ia tak tahu sebab "saya tak pernah makan daging ayam atau babi sudah cukup lama".
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011