Tidak ada kata terlambat
Pontianak (ANTARA) - Ketua Dewan Perwakilan Daerah AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengapresiasi upaya Badan Kerjasama Organisasi Wanita (BKOW) Kalimantan Barat dalam meningkatkan literasi perempuan menghadapi teknologi era industri di daerah tersebut.

"Terdapat satu peluang besar yang harus digarap untuk mengembangkan kapasitas kaum perempuan yaitu pemanfaatan sektor digital untuk meningkatkan kapasitas ilmu dan perekonomian," kata LaNyalla Mahmud Mattalitti, melalui video conference saat Rapat konsolidasi BKOW Kalimantan Barat, di Pontianak, Sabtu.

Ia menginginkan agar kaum perempuan melihat besarnya potensi ekonomi digital. Dari tahun ke tahun, nilai transaksi belanja "online" terus meningkat.

"Jangan sampai kaum perempuan hanya menjadikan dunia digital sebagai sarana mencari hiburan," pinta LaNyalla.

Disebutkan LaNyalla, Dari tahun ke tahun, nilai transaksi belanja "online" terus meningkat, pada tahun 2020 lalu mencapai Rp266 triliun.

Tetapi ada satu keprihatinan yang diungkapkannya, karena masih maraknya produk impor di berbagai "marketplace" Indonesia. Benar bahwa 90 persen, atau bahkan 95 persen, penjual di "marketplace" kita adalah orang lokal. Tetapi produk yang dijual justru kebalikannya, sekitar 90 persen adalah barang impor.

Hal tersebut, kata LaNyalla, harus menjadi perhatian bersama karena begitu besarnya nilai transaksi belanja "online" kita, yang mencapai lebih dari Rp266 triliun itu, yang artinya mayoritas uang masyarakat dibelanjakan untuk produk impor.

"Inilah salah satu pekerjaan rumah kita untuk membawa kaum perempuan di seluruh pelosok negeri masuk dalam ekosistem belanja digital," jelasnya.

Lebih lanjut LaNyalla mengatakan tentu saja ketika berbicara ekonomi digital bukan hanya soal belanja "online". Di dalamnya ada berbagai segmen bisnis. Ada "game", ada aplikasi, ada "software", ada teknologi bidang kesehatan, dan sebagainya.

Belum lagi jika kita berbicara tentang perkembangan teknologi gelombang baru, atau yang biasa disebut gelombang kedua dunia digital, seperti teknologi 5 G, Internet of things, blockchain, artificial intelligence, dan cloud computing.

Semuanya itu, kata LaNyalla, jika kita tangkap dengan baik peluangnya, tentu akan sangat memperbaiki kualitas pertumbuhan ekonomi bangsa kita.

Ia juga menyebutkan bahwa banyak riset menunjukkan, ekonomi digital Indonesia akan tumbuh delapan kali lipat pada tahun 2030. Nilainya diprediksi mencapai 4.531 triliun rupiah pada tahun 2030, dengan 1.900 triliun rupiah atau 34 persennya dari belanja elektronik. Luar biasa besar, mengingat populasi bangsa kita yang juga besar. Sehingga menjadikannya sebagai pasar prospektif dari ekonomi digital.

"Yang ingin saya tekankan dalam hal ini adalah ayo bersiap. Tidak ada kata terlambat. Semua kaum perempuan harus bersiap. Jangan sampai besarnya pasar ekonomi digital itu justru dinikmati oleh perusahaan-perusahaan besar dari luar negeri," tegas LaNyalla.

LaNyalla juga berpesan untuk memperkuat daya saing kaum perempuan dalam menghadapi pesatnya perkembangan ekonomi digital yaitu perlu kesiapan sumber daya manusia. Karena SDM adalah pilar dasar dalam ekosistem inovasi digital.

"Ingat, digital hanyalah alat. Skemanya, inovasinya, terobosannya, peruntukannya, berdasarkan perencanaan dari manusia. Sehingga SDM kaum perempuan harus disiapkan sejak saat ini. Tidak bisa ditunda-tunda lagi," kata dia.

Selain itu, perlu kesiapan infrastruktur. Saat ini, fasilitas infrastruktur telekomunikasi belum merata, terutama di kawasan timur Indonesia dan beberapa wilayah di luar Jawa. Akibatnya, terjadi kesenjangan digital. Mayoritas pengguna internet pun kita ketahui hanya berpusat di Jawa, Sumatera, dan Bali.

Dikatakan LaNyalla, tanpa pemerataan infrastruktur telekomunikasi, tentu akan sulit untuk menciptakan kaum perempuan kreatif dengan sentuhan digital di pelosok-pelosok negeri.

"Kita hanya akan melihat tumbuhnya pengusaha perempuan dari Pulau Jawa secara pesat. Padahal Indonesia bukan hanya Jawa. Maka perlu pemerataan infrastruktur secara lebih masif," ujar dia.

Menurutnya, infrastruktur telekomunikasi sangat penting untuk dibuat semakin merata. Di darat ada jalan tol, di sektor kelautan ada tol laut, selayaknya juga Indonesia disatukan lewat tol langit, dengan pemerataan infrastruktur teknologi.

Tidak hanya itu, LaNyalla juga menyampaikan perlunya kesiapan regulasi. Dunia digital adalah dunia yang begitu dinamis. Hitungan perubahannya bukan tahun, tapi hari, bahkan jam. Maka pemerintah harus menyiapkan regulasi yang tidak kuno, yang mengakomodasi perkembangan zaman, namun tetap dalam koridor aturan yang baik dan memihak bangsa. Dengan berbagai tantangan tersebut, tentunya diperlukan keseriusan untuk menghadapinya.

"DPD RI telah dan akan terus mendorong pengembangan teknologi dan digital untuk kaum perempuan, baik dari sisi ekosistem pendidikan, dunia usaha, hingga infrastruktur fisiknya," tegas LaNyalla.
Baca juga: LaNyalla: atlet dayung Sultra berpotensi raih prestasi di SEAG dan AG
Baca juga: Ketua DPD apresiasi artis jadi pengusaha, dongkrak jumlah wirausahawan
Baca juga: LaNyalla: DPD RI harus diperkuat

 

Pewarta: Teofilusianto Timotius
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021