Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menilai berbagai perubahan yang terjadi akibat disrupsi dan pandemi harus dijawab dengan mengubah pola pikir agar menjadi bangsa pembelajar sehingga mampu mewujudkan Indonesia Emas, adil, dan makmur seperti dicita-citakan.

"Dengan berbagai perubahan yang terjadi saat ini menjadi bangsa pembelajar adalah sebuah keniscayaan. Generasi muda yang akan menjadi pelaku utama dalam mengisi kemerdekaan harus mampu mewujudkannya dalam menjawab berbagai tantangan pada masa mendatang," kata Lestari Moerdijat atau Rerie dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Hal itu dikatakannya saat menyampaikan Kuliah Umum di Universitas Muhammadiyah Maluku, di Ambon, Provinsi Maluku, Kamis.

Menurut dia, sumber pembelajaran tidak hanya berasal dari berbagai peristiwa saat ini, tetapi  bisa didapat dari peristiwa sejarah masa lalu.

Baca juga: MPR: Generasi muda diharapkan mampu ubah persepsi lembaga legislatif

Dia menjelaskan disrupsi dan pandemi COVID-19 yang sedang dihadapi saat ini memberi pelajaran bagi masyarakat bahwa bangsa Indonesia harus siap beradaptasi dalam situasi apa pun dengan berbekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang memadai.

"Sedangkan berbagai peristiwa sejarah masa lalu memberi pemahaman bagi kita bahwa para pendahulu mampu mengatasi berbagai tantangan berbangsa dengan mengedepankan nilai-nilai luhur yang dipraktikkan mereka, antara lain seperti gotong royong, persatuan, cinta Tanah Air, dan mengedepankan keberagaman," ujarnya.

Rerie mengatakan generasi muda harus mampu mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa tersebut untuk menjadi bekal menghadapi tantangan pada masa mendatang.

Baca juga: Wakil Ketua MPR minta penguatan komitmen Sumpah Pemuda terus dilakukan

Pada kesempatan itu Rerie memperkenalkan metode manajemen Teori U karya Otto Scharmer kepada para mahasiswa agar mampu beradaptasi dalam sejumlah proses perubahan.

"Teori U mampu membantu individu maupun para pemangku kepentingan melakukan transformasi yang mengakar dan mendorong inovasi," katanya.

Pada kesempatan tanya jawab, muncul sejumlah pertanyaan terkait pembelajaran tatap muka dan upaya mengatasi pengangguran mengemuka.

Baca juga: MPR RI: Maksimalkan potensi daerah melalui pemberdayaan masyarakat

Rerie menilai pembelajaran tatap muka memang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar namun untuk merealisasikannya membutuhkan kesiapan semua pihak agar tidak memicu kembali penyebaran COVID-19.

Hadir dalam acara tersebut Asisten I Pemprov Maluku mewakili Gubernur Maluku Muhammad Saleh Tio, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Maluku Abduk Haji Latua, Ketua BPH Universitas Muhammadiyah Maluku Djalaludin Salamoessy, Ketua Aisyiah Maluku Aisa Manilet, dan Rektor Universitas Muhammadiyah Maluku Mohdar Yanlua.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021