Jakarta (ANTARA) - Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti mengawali kunjungan kerjanya (kunker) ke Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dengan mengunjungi petilasan Prabu Siliwangi, Sabtu.

Menurut LaNyalla, kunjungannya ke petilasan Prabu Siliwangi sebagai bentuk penghormatan kepada raja yang masyhur pada masanya.

"Beliau adalah salah satu raja yang membangun peradaban tatar Sunda. Tentu kita wajib menghormatinya," kata LaNyalla, dalam keterangan tertulisnya.

LaNyalla menyebutkan Prabu Siliwangi telah mewariskan jalan hidup mulia bagi penerusnya, termasuk generasi sekarang dan akan datang. Jalan hidup yang penuh nilai-nilai luhur dan kemuliaan dengan prinsip kebenaran dan harga diri.

Baca juga: Ketua DPD minta pemerintah lebih perkuat UMKM di platform lokapasar

"Jalan hidup seperti ini yang patut dicontoh oleh kita. Salah satunya adalah nilai bahwa untuk menggapai kemuliaan manusia harus bijak dan selalu dalam kebajikan," ujar LaNyalla.

Prinsip nilai kebajikan yang diajarkan Prabu Siliwangi di antaranya "pakena gawe rahayu" (membiasakan diri berbuat kebajikan) dan "pakena kereta bener" (membiasakan diri berbuat dalam kebenaran).

Selanjutnya, Senator asal Jawa Timur itu berziarah ke makam Keramat Kasepuhan Cipinang Eyang Kuwu Sukma Wijaya (Syekh Madulloh Iman) yang berada tak jauh dari lokasi petilasan Prabu Siliwangi.

Baca juga: Ketua DPD nilai pesantren punya peran konkret bagi negara

Dalam kunjungan kerja tersebut, LaNyalla didampingi sejumlah senator, di antaranya Eni Sumarni (Jabar), Bustami Zainuddin (Lampung), Andi Muhammad Ihsan (Sulsel), dan Fachrul Razi (Aceh).

Saat rombongan senator asal Jawa Timur mendatangi Desa Cikahuripan, Kecamatan Maleber, Kuningan, diketahui terdapat Mata Air Cikabuyutan.

Dalam kunjungan tersebut, rombongan mendengarkan cerita rakyat yang disampaikan Kepala Desa Cikahuripan, Caswadi.

Baca juga: Ketua DPD minta semua daerah antisipasi COVID-19 saat PTM

Menurut Caswadi, konon Mata Air Cikabuyutan dibuat oleh Raden Kian Santang yang merupakan anak Prabu Siliwangi. Mata air tersebut dibuat menggunakan tongkat yang diperolehnya saat bertemu Ali bin Abi Thalib di Makkah.

"Raden Kian Santang menurut leluhur kami meninggal dan dikuburkan di sini. Eyang Kuwu Sukma Wijaya (Syekh Madulloh Iman) itu adalah Raden Kian Santang," kata Caswadi.

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021