Pemerintah Indonesia mengimbau seluruh pemangku kepentingan minyak nabati untuk memulai langkah-langkah konkret dan terkoordinasi guna tercapainya SDGs 2030
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia mendorong industri minyak nabati di seluruh negara untuk bersama-sama memikul tanggung jawab dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) 2030.

"Pemerintah Indonesia mengimbau seluruh pemangku kepentingan minyak nabati untuk memulai langkah-langkah konkret dan terkoordinasi guna tercapainya SDGs 2030," kata Duta Besar RI untuk Swedia Kamapradipta Isnomo, menurut keterangan KBRI Stockholm yang diterima di Jakarta, Kamis.

Pernyataan tersebut disampaikan Dubes Kama dalam webinar berjudul "Peran Industri Minyak Nabati dalam Pencapaian SDGs 2030" yang diselenggarakan KBRI Stockholm.

Webinar itu membahas hasil penelitian bersama tiga perguruan tinggi, yaitu Universitas Jambi, Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Göttingen University (Jerman), yang menemukan keterkaitan erat antara peran industri minyak nabati dalam menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang muncul dalam upaya mencapai SDGs.

Baca juga: BPDPKS: Produktivitas sawit tertinggi dibandingkan minyak nabati lain

Pada kesempatan itu, Dubes Kama menekankan salah satu hasil penelitian yang menekankan pentingnya bagi negara-negara penghasil dan pengguna minyak nabati -- baik dari kalangan pemerintah, sektor swasta maupun pemangku kepentingan lainnya -- untuk lebih meningkatkan kerja sama dan berbagi tanggung jawab dalam menghadapi tantangan dan peluang yang muncul dalam upaya mencapai SDGs 2030.

Dalam sambutannya pada webinar itu, Wakil Menteri Luar Negeri RI, Mahendra Siregar, menyoroti tantangan yang dihadapi oleh industri minyak nabati, baik untuk saat ini maupun masa mendatang, terutama dalam menghadapi peningkatan permintaan terhadap minyak nabati yang cukup tajam.

Sehubungan dengan hal itu, Wamenlu Mahendra menegaskan kembali pentingnya untuk membentuk platform umum untuk melakukan dialog dan pertukaran pandangan guna mengatasi berbagai tantangan tersebut.

"Jika kita benar-benar peduli terhadap lingkungan, seluruh agenda dan kepentingan sektoral perlu dikesampingkan dan fokus pada kesatuan tujuan sehingga kita dapat mencapai kemajuan yang berarti," ujar Mahendra.

Baca juga: Indonesia ingin jadi negara industri tangguh
Hasil penelitian yang dilakukan ketiga perguruan tinggi itu antara lain menyoroti kontribusi minyak nabati yang lebih besar dalam memenuhi tujuan ekonomi dan sosial di negara-negara berkembang di mana sektor pertanian berkontribusi signifikan terhadap capaian produk domestik bruto (PDB).

Penelitian itu juga menunjukkan bahwa permintaan minyak nabati yang terus meningkat harus dipenuhi dengan kebijakan untuk melindungi cadangan lahan global sebagai prasyarat untuk memenuhi beberapa tujuan utama dalam SDGs, dan hal itu merupakan tantangan paling mendesak yang dihadapi sektor industri minyak nabati.

Sehubungan dengan hasil temuan tersebut, tim peneliti merekomendasikan kebutuhan yang mendesak untuk bekerja sama dan berkoordinasi lebih erat di antara negara-negara produsen dan konsumen minyak nabati serta kebutuhan untuk mengatasi masalah lingkungan dari sudut pandang holistik, yang mencakup udara, tanah dan air.

Dalam kerangka itu, kesatuan tujuan adalah prasyarat untuk mencapai SDGs di sektor minyak nabati.

Seri webinar kedua ini dihadiri oleh peserta dari berbagai pemangku kepentingan di seluruh kawasan Eropa dan Indonesia, baik dari kalangan pemerintah, akademisi, dan sektor swasta di seluruh negara produsen dan konsumen minyak nabati.

Mempertimbangkan rekomendasi yang telah dibuat, KBRI Stockholm akan mendorong keterhubungan di antara para peserta untuk membangun sebuah platform yang mendorong kesatuan tujuan untuk mengatasi tantangan dalam mencapai SDGs 2030 di sektor minyak nabati.

Baca juga: CPOPC: Industri minyak nabati terapkan kerangka kerja keberlanjutan
Baca juga: Gimni minta kepastian revisi pungutan ekspor sawit

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2021