Kota Kupang (ANTARA) - "Kami tidak tahu bentuknya seperti apa dan di mana saja patok batas negara kita dengan Timor Leste. Hanya TNI saja yang tahu karena mereka selalu melakukan patroli bersama di wilayah perbatasan".

Demikian disampaikan Leo dan Jito, dua pemuda Desa Silawan dalam sebuah obrolan siang itu di sekitar kawasan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur--wilayah yang berbatasan darat dengan Negara Timor.

Sepintas, apa yang disampaikan dua pemuda itu menggambarkan bahwa sebagian warga yang menempati wilayah di beranda NKRI itu tidak mengetahui keberadaan patok tapal batas negara.

Wilayah perbatasan darat RI–Timor Timur memanglah sangat panjang, mencapai 230 kilo meter yang tersebar di tiga kabupaten yaitu, Belu sepanjang 115 km, Timor Tengah Utara sepanjang 104,5 km dan Kabupaten Kupang 10,5 km.

Selain perbatasan laut antarnegara yang meliputi wilayah Kabupaten Alor, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Utara, Belu, dan Kabupaten Rote Ndao.

Di sepanjang wilayah perbatasan kedua negara ini terdapat tiga jenis patok yakni jenis patok Karakteristik PBN Darat. Jenis patok ini bergambar bendera Indonesia dan Timor Leste. Bendera ini menunjukkan bahwa akan masuk wilayah negara tetangga.

Patok batas negara ini berfungsi sebagai tanda batas kedua negara antara RI dengan Timor Leste.

Dua jenis patok lain yakni Common Border Datum Reference Frame (CBDRF) dan Border Sign Post (BSP) atau Pos Tanda Perbatasan.

Komandan Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur Yonif 742/SWY Letnan Kolonel Inf Bayu Sigit Dwi Untoro mengatakan saat ini banyak masyarakat, terutama para pemuda yang tinggal di sepanjang wilayah perbatasan RI-Timor Leste tidak mengetahui persis posisi patok-patok batas kedua negara.

"Banyak masyarakat kita yang tidak tahu patok ini dimana posisinya, seperti apa patok perbatasan, karena saya tanya beberapa pemuda tidak tahu, kecuali orang–orang penyelundup karena mereka yang sering melewati perbatasan," ungkap dia.
 
Personel Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur Yonif 742/SWY sedang melakukan patroli patok batas di perbatasan RI-Timor Leste. ANTARA/HO-Satgas Pamtas RI-RDTL


Dia mengatakan, terus mengingatkan warga yang berada di wilayah perbatasan untuk harus tahu keberadaan patok dan jenis patok yang berada di perbatasan karena TNI selalu datang silih berganti, tetapi masyarakat tetap berada di perbatasan ini.

"Saya selalu bilang kepada masyarakat yang ada di sekitar pos-pos pengamanan bahwa tentara itu datang silih berganti. Suatu saat kita akan ganti lagi, tapi yang tetap di wilayah perbatasan ini adalah masyarakat," ujarnya.

554 bendera

Dia menambahkan, pada saat tanggal 17 Agustus 2021 lalu dan juga untuk memberikan hadiah kepada negara, Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur Yonif 742/SWY melakukan pemasangan bendera pada 554 titik patok batas.

Pemasangan bendera pada 554 patok batas di wilayah Kabupaten Belu itu dilakukan atas kerja sama dengan masyarakat pada desa-desa di wilayah perbatasan.

"Kita bekerja sama dengan masyarakat. Jadi masing–masing pos itu dengan masyarakat sekitar pos ke titik perbatasan dan menancapkan bendera di semua patok di pos wilayahnya masing–masing," tutur dia.

Upaya yang dilakukan TNI ini untuk menjaga posisi patokan dan titik–titiknya, selain agar masyarakat dapat mengetahui dimana batas Indonesia dengan Timor Leste.

Baca juga: Puluhan patok batas negara RI-Timor Leste hilang

"Jadi harapan kita supaya masyarakat itu tahu, oh ini batasnya Indonesia. Ini patoknya batas Indonesia dengan Timor Leste," ucap dia menjelaskan.

Saat ini puluhan patok batas negara antara RI-Timor Leste yang berada di sepanjang wilayah perbatasan Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah hilang karena faktor alam. Selain itu puluhan lainnya juga nyaris hilang karena tergerus banjir saat musim hujan.

"Patok–patok kita khusus di Kabupaten Belu sebanyak 554 patok, dengan kategori 68 patok hilang, kemudian 36 patok yang nyaris akan hilang karena saat ini musim kemarau dan nanti bulan Desember 2021 itu sudah masuk mulai hujan," ucapnya.

Saat musim hujan, kondisi patok-patok batas negara ini rawan terbawa banjir karena posisi tanah sudah tergerus yang sedikit lagi mungkin terkena banjir dan sebagian akan hilang.

"Permasalahan yang mungkin kami hadapi di sini adalah kami tidak ada kewenangan untuk memperbaiki patok. Kemudian juga mungkin selama ini belum ada perbaikan patok–patok perbatasan kita. Yang kita khawatirkan akan semakin hilang," katanya.

Jika patok-patok di wilayah perbatasan ini hilang dikhawatirkan malah semakin bahaya karena ke depan tidak tahu kondisinya seperti apa.

"Jadi ini memang karena faktor alam. Selama ini tidak ada, baik dari Indonesia atau pun Timor Leste yang mengubah posisi patok. Tidak ada," ungkap dia.

Satgas Pengamanan Perbatasan RI-Timor Leste terus melakukan patroli rutin untuk mengecek keberadaan patok-patok di wilayah perbatasan.

Patroli dilakukan sesuai dengan jumlah patok yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing pos pengamanan, dibawa komando Perwira Topografi.

Patroli rutin ini, merupakan program rutin yang dilakukan setiap dua bulan sekali oleh personel pos secara bergilir, namun apabila ada hal-hal khusus maka dilakukan pengecekan langsung ke lokasi seperti terjadi bencana alam.
Personel Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur Yonif 742/SWY dari Pos Maubusa Kipur II bersama warga desa menancapkan bendera Merah Putih di salah satu titik batas di Desa Asumanu. Di titik ini patok batas hilang terbawa banjir. ANTARA/HO-Satgas Pamtas RI-RDTL


Alumnus Akademi Militer Indonesia 2003 itu berharap tidak ada lagi patok yang hilang ataupun rusak, baik karena alam ataupun ulah manusia karena proses pembuatan atau perbaikan patok harus melibatkan kedua negara yang memakan waktu cukup lama.

Kepala Badan Pengelola Perbatasan Daerah (BPPD) Provinsi NTT Petrus Seran Tahuk mengatakan telah melaporkan permasalahan patok-patok batas ini kepada Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP).

BNPP juga telah mengirim tim ke NTT untuk melakukan pengecekan di lapangan, sekaligus berkoordinasi dengan Satgas Pamtas tetapi sejauh ini belum ada langkah penanganan.

Tugas dan tanggung jawab para prajurit TNI yang bertugas di garis depan perbatasan RI-Timor Leste untuk mengamankan tapal batas ini memang tidaklah mudah karena topografi dan garis perbatasan yang sangat panjang mencapai ratusan kilometer.

Namun, bagi seorang prajurit TNI, tak ada alasan untuk berkeluh kesah. Mereka wajib melakukan patroli rutin dengan berjalan kaki puluhan kilometer, menyusuri sungai, semak belukar dan bahkan hutan belantara untuk memastikan bahwa patok-patok tapal batas tetap berdiri kokoh.

Pengorbanan yang dilakukan para prajurit TNI di garda terdepan NKRI ini, untuk memastikan bahwa tak boleh lagi ada sejengkal tanah negeri ini yang diambil negara lain.

Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2021