Peningkatan tes disertai lacak di saat kegiatan masyarakat semakin  penting untuk deteksi awal pencegahan terjadinya perluasan penularan
Jakarta (ANTARA) - Optimisme publik kini semakin kuat seiring dengan tren pertambahan kasus baru virus corona yang terus landai sejak awal Agustus 2021.

Pertambahan kasus baru berkisar seribu per hari memperkuat optimisme bahwa wabah virus ini telah terkendali. Hal itu membuka peluang semakin luas untuk pulihnya berbagai aktivitas publik.

Di tengah pertambahan kasus yang berkisar di angka seribu, jumlah kasus baru pada 4 Oktober 2021 hanya 922 atau terendah sejak Juni 2020. Pertambahan kasus pada10 Oktober lebih rendah lagi, yakni 894.

Pertambahan kasus baru yang rendah tersebut diiringi dengan pertambahan pasien sembuh sebanyak 1.584 orang. Namun 39 orang meninggal dunia akibat virus tersebut.

Kini total terdapat 4.227.932 kasus COVID-19 di Indonesia sejak pasien pertama terkonfirmasi pada 2 Maret 2020. Dari akumulasi tersebut, 4.060.851 orang telah pulih dan 142.651 orang meninggal dunia.

Baca juga: Warga diminta tetap waspada meski level PPKM Jakarta turun

Dengan penambahan itu maka saat ini terdapat 24.430 kasus aktif atau pasien yang menjalani perawatan dan isolasi setelah terkonfirmasi positif COVID-19. Angka itu memperlihatkan penurunan 729 orang dibandingkan Sabtu (9/10).

Terdapat pula 331.377 orang yang masuk dalam kategori suspek virus corona (COVID-19).

Laporan pertambahan COVID-19 ini didapat setelah dilakukan pengujian terhadap 219.649 spesimen dari 144.670 orang di ratusan jejaring laboratorium di seluruh Indonesia. Total telah diuji 41.603.403 spesimen dari 27.843.954 orang sejak tahun lalu.

Tingkat positif (positivity rate) nasional untuk kategori spesimen harian adalah 0,70 persen dan kategori orang harian, yaitu 0,62 persen.

Provinsi yang melaporkan pertambahan pasien COVID-18 terbesar pada Ahad (10/10) adalah DKI Jakarta dengan 140 kasus baru dan Jawa Timur (128). Sedangkan Jawa Tengah (83), Jawa Barat (63) dan Kalimantan Timur dengan 46 kasus baru.

Sementara daerah yang mengalami penambahan pasien yang meninggal akibat COVID-19 terbanyak adalah Aceh dengan enam kematian, Jawa Tengah (5), DKI Jakarta (4), Kalimantan Timur (4) serta Jawa Timur dan Bangka Belitung yang melaporkan masing-masing tiga kematian.
 
Pengunjung memindai kode QR melalui aplikasi PeduliLindungi sebelum masuk ke pusat perbelanjaan di Jakarta Timur, jumat (3/9/2021). ANTARA/Natisha Andarningtyas/aa.

Masih ada
Tren penurunan angka pertambahan kasus dari hari ke hari dalam kurun 2,5 bulan terakhir menumbuhkan optimisme dan rasa yakin bahwa wabah telah terkendali.

Itu bisa dicapai tentu berkat kerja keras pemerintah bersama seluruh instansi terkait. Yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan masyarakat, BUMN dan pihak swasta.

Kolaborasi itulah yang perlu terus ditingkatkan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya lonjakan lagi. Semangatnya adalah menjaga agar tren turun dan landai ini terus terjaga.

Tantangan ke depan masih terpampang karena COVID-19 masih ada dan masih memiliki kemampuan untuk menular. Untuk itu, segala bentuk pelonggaran kegiatan saat ini dan ke depan apalagi yang berskala besar harus dilakukan secara berkala, tepat dan terukur serta hati-hati.

Baca juga: Anies minta masyarakat tetap waspada kendati kasus aktif turun

Anggota DPD RI Fahira Idris mengungkapkan COVID-19 masih ada dan penularan masih terjadi, segala bentuk pelonggaran kegiatan terlebih kegiatan skala besar dan mobilitas harus dirumuskan dan diputuskan dengan hati-hati.

Hal ini bertujuan agar situasi pandemi yang kini terkendali bisa terus semakin membaik. Esensinya pelonggaran tetap diikuti kewaspadaan.

Secara berkala artinya pelonggaran harus dimulai dari kegiatan-kegiatan yang esensial terlebih dahulu untuk kemudian dievaluasi efektivitasnya.

Jika memang di lapangan berjalan baik, baru kemudian merumuskan kebijakan pelonggaran untuk kegiatan lainnya.

Baca juga: Penanganan pandemi COVID-19 di Jakarta berbasiskan temuan sains

Kebijakan pelonggaran kegiatan dan mobilitas, kata Senator dari DKI Jakarta ini, juga harus tepat terutama dari sisi waktu (timing). Artinya, harus ada jeda waktu yang cukup antara selesainya gelombang kedua dengan kebijakan pelonggaran kegiatan dan mobilitas.

Jeda waktu ini penting untuk menguatkan pondasi mitigasi dan memastikan tingkat penularan benar-benar turun tentunya sesuai dengan data yang akurat dan komprehensif.

Selain itu, kebijakan pelonggaran kegiatan selama pandemi juga harus terukur agar tidak menjadi pemicu penambahan kasus positif baru. Artinya, kebijakan pelonggaran dilakukan karena semua prasyarat sudah terpenuhi.

Misalnya, implementasi "test, tracing, treatment" (3T) sudah sesuai standar, tingkat "positivity rate" harian turun di bawah standar yang ditetapkan WHO. Begitu juga cakupan vaksinasi sudah tinggi dan disiplin masyarakat jalan protokol kesehatan semakin baik.

Menghadapi pandemi ini memang butuh kesabaran tingkat tinggi dan ketelitian yang mendalam agar situasi yang sudah cukup baik ini semakin terus membaik.

Tidak apa-apa terlalu berhati-hati, yang penting terhindar dari gelombang-gelombang selanjutnya sehingga secara berangsur kita bisa kembali menata kehidupan di berbagai bidang.
 
Mahasiswa melakukan scan pedulilindungi dan pendataan sebelum memasuki ruang perkuliahan tatap muka terbatas di UPN Veteran Jakarta, Jakarta Selatan, Senin (11/10/2021). Pemerintah memberikan izin perguruan tinggi di wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1-3 untuk menggelar perkuliahan secara tatap muka terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/hp.
Mobilitas
Kini pelonggaran dan relaksasi berbagai kegiatan, membuat mobilitas masyarakat di banyak daerah mengalami peningkatan signifikan.

Memang ideal kalau pelonggaran kegiatan secara bertahap dilakukan setelah situasi pandemi mulai terkendali. Tetapi tetap saja masyarakat harus bijak dalam beraktivitas.

Berdasarkan pemantauan pemerintah dan pemantauan secara virtual melalui "Facebook Mobility, Community Mobility Report Google" dan "Night Light" dari NASA ditemukan fakta terjadi peningkatan mobilitas penduduk di saat terjadinya tren penurunan kasus COVID-19 setelah gelombang kedua.

Walau potensi penularan sudah turun tetapi COVID-19 masih ada sehingga masyarakat masih harus menahan diri. Yakni bermobilitas hanya untuk kegiatan-kegiatan yang prioritas saja dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.

Baca juga: Beda dengan Anies, corona.jakarta.go.id sebut satu kematian pada Kamis

Di banyak negara yang kini terjadi lonjakan kasus kembali diawali dengan euforia berlebih terhadap tren penurunan kasus. Hal tersebut kemudian diikuti dengan pelonggaran berbagai aktivitas.

Euforia berlebihan juga disebabkan tingkat vaksinasi di negara tersebut sudah tinggi sehingga protokol COVID-19 yang paling mendasar, yaitu memakai masker dan jaga jarak sudah diabaikan. Euforia berlebihan ini membuat masyarakat kehilangan kewaspadaan saat bermobilitas atau saat melakukan kegiatan terutama yang berskala besar.

Tentunya semua pihak perlu belajar dari banyak negara lain yang kini kasusnya naik lagi karena pelonggaran kegiatan tidak disertai peningkatan prokes. Terlebih cakupan vaksinasi kita masih belum tinggi.

Tujuannya jangan sampai siklus situasi COVID-19 berulang, yaitu mulai terkendali, mobilitas tinggi, kemudian terjadi lonjakan kasus lagi. Situasi pandemi yang sudah cukup baik ini diraih dengan susah payah sehingga jangan sampai terjadi lonjakan kembali.

Tantangan besar di situasi pandemi yang sudah mulai terkendali ini adalah mempertahankan tingkat disiplin prokes masyarakat dan tingkat 3T terutama tes dan tracing. Untuk itu, walau sudah ada pelonggaran, idealnya siapapun tetap bijak untuk memilih kegiatan-kegiatan penting dan prioritas saja agar bisa tetap sehat dan produktif.

Menurut Fahira, peningkatan mobilitas yang terjadi saat ini harus disertai protokol kesehatan yang ketat untuk menutup peluang terjadi gelombang kasus COVID-19 yang lebih besar. Karena itu, seiring kenaikan mobilitas, aktivitas dan kegiatan masyarakat, kegiatan tes juga harus ditingkatkan terutama di pusat-pusat keramaian.

Peningkatan tes disertai lacak di saat kegiatan masyarakat semakin  penting untuk deteksi awal pencegahan terjadinya perluasan penularan. Dengan tes baik secara acak maupun terencana, jika ada temuan kasus akan bisa langsung ditelusuri dan ditangani dengan baik sehingga pandemi bisa tetap terkendali baik.

Jadi walaupun sudah ada vaksinasi dan kasus positif mulai landai, belum ada yang bisa menggantikan masker, jaga jarak dan cuci tangan serta tes, lacak, isolasi sebagai strategi menanggulangi COVID-19 di manapun di dunia.

Artinya, semakin pandemi terkendali, masyarakat dan aparat harus semakin hati-hati dan tidak lengah terutama saat bermobilitas atau berkegiatan.

Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021