Kota Gaza (ANTARA News/AFP) - Warga Palestina yang marah mengepung Menteri Luar Negeri Prancis Michele Alliot-Marie Jumat ketika ia mengunjungi wilayah itu.

Menlu itu, dalam kunjungan pertamanya di wilayah tersebut sejak memangku jabatan November, dihadang oleh para pemrotes ketika konvoinya tiba, kemudian ketika ia mengunjungi satu rumah sakit di kota Gaza.

Dalam kunjungan itu, Alliot Marie dalam pidatonya mengeluarkan imbauan diakhirinya blokade Israel atas wilayah Palestina yang miskin itu.

Protes-protes itu dimulai Jumat pagi ketika konvoi kendaraannya dicegat oleh puluhan pengunjuk rasa yang membawa plakat-plakat bertuliskan "Keluar dari Gaza" dan memukul mobilnya dengan tangan mereka.

Sementara yang lainnya melemparkan sepatu-sepatu, telur dan seorang melompat ke atap mobilnya sebagai protes terhadap satu pernyataan Alliot Marie yang tidak benar ketika ia bertemu dengan orang-orang tua serdadu Israel yang ditahan Gilad Shalit di Jerusalem, Kamis.

Dalam pertemuan iu, ayah Gilad Shalit, Noam Shalit meminta Alliot Marie mendesak Uni Eropa "mengecam sebagai kejahatan perang " penahanan terhadap putranya, kata seorang korespoden AFP di lokasi itu.

Akan tetapi segera setelah itu, radio publik Israel menyiarkan satu berita dalam laman internetnya berbahasa Arab yang salah mengutip pernyataan Alliot Marie yang mengatakan Uni Eropa "harus mengecam kejahatan perang yang dilakukan Hamas karena tetap menahan Gilad Shalit ".

Di antara para pemrotes termasuk wanita dan anak-anak yang membawa plakat-plakat orang yang berada dibelakang terali besi di Israel.

Seorang meneriakkan yel-yel melalui satu pengeras suara, mengecam keras perbunuhan itu. Pembunuhan itu bukan "kejahatan perang."

Polisi Hamas membubarkan para pemrotes yang memungkinkan konvoi meneruskan perjalanannya ke Kota Gaza.

"Ada antara 30 sampai 50 pengunjuk rasa, tidak sangat serius," kata menlu itu kepada wartawan setelah itu.

Ia kemudian berangkat ke rumah sakit Al Quds yang baru saja direvovasi dengan dana dari Prancis.

Tetapi Alliot Marie juga dihadang para pemrotes yang marah, yang didorong petugas keamanan yang mengawal dia ketika dia masuk, kata seorang korespoden AFP, walaupun mereka tidak berhasil mendekat menlu itu.

"Hamas menanggapi pernyataan yang dikeluarkan menlu Prancis itu yang menyebut penculikan Shalit sebagai "kejahatan perang adalah tidak adil karena Shalit ditangkap dari medan tempur," kata sebuah pernyataan Hamas yang disiarkan, Kamis.

"Kami menolak pernyataan-pernyataan ini dan menyerukan Prancis meninjau kembali sikap-sikap seperti itu yang tidak membantu peran Prancis di kawasan itu."

Shalit tidak pernah dilihat oleh para pemantau asing atau wakil-wakil Palang Merah sejak ia ditangkap dalam satu serangan di perbatasan Gaza dengan oleh para pejuang Palestina Juni 2006.(*)

(Uu.H-RN/M016/R009)

 

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011