Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Budaya Riset dan Teknologi Hilmar Farid mengatakan masyarakat Indonesia harus berbangga memiliki kain batik yang mampu menunjukkan identitas bangsa.

“Saya lihat kebanggaan itu sebetulnya terkait dengan identitas. Jadi, saya kira sangat membanggakan, kita punya baju (batik) yang menjadi identitas nasional kita,” kata Hilmar saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Ia menjelaskan kain batik dapat menunjukkan identitas bangsa karena memiliki motif yang berbeda di setiap daerah, sehingga orang dengan mudah dapat mengetahui dari mana asal daerah orang tersebut ketika menggunakan kain batik.

Selain itu, batik juga dapat mengkomunikasikan perasaan dan menyampaikan tujuan masyarakat kepada orang lain, karena memiliki makna masing-masing. Dia memberikan contoh batik slobong yang melambangkan kabar berduka cita atau batik truntum dan sidoluhur yang dapat melambangkan kebahagiaan.

Baca juga: Kemendikbud sebut batik perlu dimasukkan dalam pelajaran sekolah

“Orang bisa menyampaikan, mengkomunikasikan mereka dalam keadaan berduka, dalam keadaan senang dan sebagainya,” kata dia menjelaskan fungsi lain batik.

Lebih lanjut, kain batik juga merupakan warisan budaya yang istimewa karena tidak hanya berbicara soal tekniknya, tetapi corak atau motif yang dimiliki tidak dapat ditemukan di sembarang tempat dan memiliki nilai dan makna yang berbeda-beda, sehingga mampu menarik perhatian warga asing.

Hilmar menegaskan masyarakat perlu lebih bangga lagi karena batik telah diakui secara global setelah diresmikan oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) sebagai salah satu warisan Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity atau warisan budaya tak pendam yang berkontribusi pada kemanusiaan pada tanggal 2 Oktober 2009.

Ia mengatakan untuk mendapatkan pengakuan dari dunia tersebut sangat tidak mudah, karena harus bersaing ketat dengan budaya negara lain dalam sebuah sidang yang digelar UNESCO setiap dua tahun sekali.

Dalam sidang itu, setiap negara harus membuat sebuah dokumentasi untuk dipaparkan di depan setiap negara yang menjadi anggota UNESCO. Setelah itu, dilakukan pemungutan suara untuk menentukan apakah budaya tersebut layak untuk diakui dunia atau tidak.

Baca juga: Meriahkan Hari Batik Nasional, ZALORA berikan diskon produk batik

Baca juga: Gus Menteri berencana identifikasi berbagai motif batik khas Indonesia


“Yang lumayan menuntut perhatian dan juga energi adalah proses pengusulannya. Karena, melalui tahap-tahap pemeriksaan oleh para ahli, jadi kita buat dokumen usulan dari para ahli. Sebelum maju ke sidang, biasanya sudah ada pengujian terlebih dahulu untuk memastikan bahwa semuanya tinggal disetujui,” kata dia.

Dia mengatakan batik tidak hanya merupakan sebuah tekstil, tetapi juga karya seni yang dapat menunjukkan identitas dan ciri khas bangsa. Sehingga, setiap pihak perlu berperan menjaga dan melestarikan warisan kain batik tersebut.

“Batik lebih dari sekadar tekstil yang kita gunakan sebagai pakaian sehari-hari. Batik ini punya nilai, punya filosofi dan juga menjadi simbol dari identitas kita. Jadi, keistimewaan batik ini saya kira penting untuk diingat oleh masyarakat,” tegas Hilmar.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021