untuk menggelar PTM ada beberapa jalan terjal yang harus dilalui sekolah
Jakarta (ANTARA) - Belasan siswa tampak tertunduk saat duduk di dalam kelas melihat ke satu titik di atas meja seraya menyiapkan buku dan alat tullis di atas meja.

Tak terdengar sepatah kata pun dari siswa bahkan tak ada tawa atau saling melempar cerita di kalangan siswa, kalaupun ada suara dari kelas sebelah hanya terdengar sayup-sayup.

Beberapa menyibukkan diri dengan duduk bersandar dan melihat ke arah kaki sendiri yang tak henti-henti bergerak seperti layaknya orang yang sedang gugup.

Entah kepada siapa mereka gugup. Padahal belum ada guru yang masuk. Kira-kira, itulah gambaran kelas 12 Akutansi 3 (AK3) di SMK 13, Pal Merah Jakarta Barat pada Jumat (1/10).

Baca juga: SMK 13 Jakbar perketat prokes pada pelaksanaan PTM hari kedua

Jumat ini merupakan  kali pertama siswa di kelas itu kembali menggelar pembelajaran tatap muka (PTM). Setelah sekian lama menimba ilmu dari layar kaca, kini mereka bisa kembali belajar tatap muka.

Ternyata ada alasan mereka semua bersikap seperti itu. Mereka gugup. Gugup bertemu teman hingga guru baru.

"Aku sih gembira tapi agak gugup. Kan ada guru yang baru di kenal," kata Sarah selaku salah satu siswa kelas 12 AK3.

Selain itu, siswa berusia 17 tahun itu mengaku belum memahami beberapa mata pelajaran. Sehingga merasa gugup untuk mengikuti pembelajaran tatap muka.

Namun demikian, Sarah memahami hal tersebut terjadi lantaran belum terbiasa melakukan pembelajaran tatap muka kembali.

Seiring berjalannya waktu, dia yakin perasaan gugup tersebut akan hilang.

Baca juga: Pemerhati: Perlu ada tim khusus pembelajaran pada masa pandemi

Senada dengan Sarah, Winda Safitri yang juga teman satu kelas Sarah juga merasakan kegugupan yang sama. Dia mengaku belum terbiasa PTM setelah hampir satu setengah tahun belajar via daring.

Bahkan dengan polosnya dia mengaku lebih bisa menikmati proses pembelajaran jarak jauh. "Lebih enak PJJ karena sebenernya gurunya gantian juga, enggak full satu hari," kata dia.

Walau demikian, Winda tetap menaruh harapan agar tetap terus menggelar PTM. Dia yakin cepat atau lambat, dirinya dan siswa yang lain akan kembali menikmati jualannya PTM.

Beda hal dengan Fathan Malik Ibrahim. Siswa yang duduk di kelas 12 ini justru antusias dengan PTM yang digelar pada Jumat ini.

Rasa senang bisa berkumpul dengan teman - teman menjadi alasan utama Fathan antusias dengan PTM.

"Seneng sih, kangen juga sebener-nya, tapi ya begitulah," kata dia.

Diakui Fathan, karena PTM, dia jadi lebih sering belajar. Waktu yang dipakai pun tidak bisa sebebas dahulu kala masing menganut pembelajaran via daring.

Sejauh ini, pihak sekolah memastikan seluruh orang tua murid sudah menyetujui pelaksanaan PTM.

Dengan persetujuan dari mayoritas orang tua murid, sekolah pun diizinkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta untuk menggelar PTM.

"99 persen sudah setuju. Kesadaran orang tua tinggi dan orang tua juga sudah menginginkan anaknya untuk belajar di sekolah," kata Wakil Kelapa Sekolah SMK 13 Subarno.

Subarno menyadari para orang tua sangat mendukung anaknya mengikuti PTM. Namun di satu sisi, dia juga mengerti orang tua murid ingin anaknya aman dalam menjalankan PTM.

Maka dari itu, pihaknya memastikan protokol kesehatan (prokes) akan diperketat selama PTM berlangsung. Sarana dan prasarana kesehatan di sekolah juga sudah dilengkapi.

Hal tersebut terlihat dari beberapa sarana dan prasarana kesehatan yang ditunjukkan kepada awak media yang mengunjungi sekolah tersebut.

"Kita sudah siapkan 'thermo gun', masker hingga alat tempat cuci tangan di setiap sisi sekolah," kata Sumarno.

Tempat cuci tangan itu sudah disiapkan di 20 kelas yang dipakai pada PTM Jumat ini. Selain itu, seluruh siswa yang ada di dalam maupun luar kelas pun diwajibkan memakai masker.

Larangan berkerumun juga diterapkan di lingkungan sekolah. Untuk memastikan semua prokes berjalan dengan baik, Subarno sampai membentuk tim siaga COVID-19 untuk mengantisipasi adanya pelanggaran prokes di sekolah.

Baca juga: Pemkot Jakbar perketat prokes dalam pembelajaran tatap muka tahap dua

"Kita bentuk tim siaga COVID-19. Tugasnya adalah untuk memantau jangan sampe ada siswa berkerumun, apalagi misalnya saat istirahat kan itu kesempatan untuk ketemu temen," kata Subarno.

Setelah selesai PTM pun, pihaknya juga masih melakukan pemantauan agar siswa tidak berkerumun di luar sekolah.

Hal tersebut dilakukan dengan cara berkoodinasi dengan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kelurahan dan kecamatan agar membubarkan siswanya yang berkerumun.
Sejumlah siswa mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di SDN Lenteng Agung 07, Jakarta, Senin (27/9/2021). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/pras.

Asesmen
Untuk diketahui, SMK 13 merupakan satu dari 194 sekolah yang telah mengikuti asesmen sebagai syarat menggelar PTM.

194 sekolah di bawah Sudin Jakarta Barat II ini berlokasi di Kecamatan Kebon Jeruk, Kembangan, Grogol Petamburan dan Pal Merah.

Dari data yang diterima Antara, 194 sekolah itu terdiri dari 22 Paud, 76 Sekolah Dasar (SD), 34 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 27 Sekolah Menengah Atas (SMA), 19 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), enam Ramah Anak (RA), enam Madrasah Ibtidaiyah (MI), dua Madrasah Tsanawiyah (MTS), dan dua Madrasah Aliyah (MA).

Mereka adalah sekolah sudah mengajukan diri dan dinilai serius menggelar PTM.

Tentu untuk menggelar PTM ada beberapa jalan terjal yang harus dilalui sekolah. Mereka harus melewati beberapa pemeriksaan, pelatihan dan mendapatkan persetujuan orang tua murid sebelum akhirnya layak menggelar PTM.

Dalam hal ini, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta beserta Suku Dinas di wilayah memegang peran penting dalam proses penyeleksian ini.

Semua tahapan itu bermula dari sekolah yang mengisi blangko asesmen yang disediakan Dinas.

"Pertama, peminat harus mengisi blangko asesmen melalui tautan yang sudah tersedia," kata Kepala Seksi Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Jakarta Barat II Masduki, Jumat (3/9).

Di blangko tersebut, setiap sekolah harus mengisi ketersediaan sarana dan prasarana yang sudah disediakan sekolah.

Nantinya, pihak Suku Dinas Pendidikan setiap wilayah akan melakukan pemeriksaan ke sekolah tersebut.

Pemeriksaan itu dilakukan guna memastikan apakah keterangan di asesmen sesuai dengan kondisi sekolah.

"Kita verifikasi, fakta antara yang diisi dan fakta di lapangan," kata Masduki.

Baca juga: Menjelang PTM tahap dua, 72.500 siswa di Jakbar sudah divaksin

Jika sekolah dinilai layak berdasarkan hasil asesmen di lapangan, maka pihak Dinas Pendidikan Provinsi DKI akan mengeluarkan surat keputusan (SK) yang menyatakan sekolah tersebut layak mengikuti PTM.
 
Sejumlah murid mengukur suhu tubuhnya sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di SDN Lenteng Agung 07, Jakarta, Senin (27/9/2021). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/pras

Khawatir
Beberapa orang tua murid mungkin sempat khawatir dengan rencana digelarnya PTM di wilayah Jakarta Barat. Terang saja, beberapa hari sebelum PTM digelar, muncul isu adanya klaster COVID-19 di Jakarta yang berasal dari pendidikan.

Menurut data yang kala itu dikeluarkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Jakarta Barat menempati jumlah klaster tertinggi dari lima wilayah di DKI.

Jakarta Barat menempati posisi pertama yakni ada delapan klaster, lalu Jakarta Timur enam klaster, Jakarta Utara dan Jakarta Selatan masing-masing lima Klaster, serta Jakarta Pusat sebanyak satu klaster.

Sontak temuan tersebut membuat jajaran Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat I dan II kaget. Pasalnya, berdasarkan data, belum ada temuan klaster tersebut selama PTM tahap satu berlangsung.

Menurut Aroman, selama pelaksanaan PTM di Jakarta Barat, mulai awal Agustus lalu hingga saat ini, belum ada laporan guru maupun siswa yang terpapar COVID-19,

"Kalau ada laporan, pasti pelaksanaan PTM di sekolah itu diberhentikan sementara," katanya.

Kepala Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat I Aroman saat itu mengaku belum mendapat laporan adanya klaster COVID-19 tersebut.

Dia memastikan, pelaksanaan PTM sampai saat ini sudah sesuai dengan ketentuan protokol kesehatan sehingga siswa dan orang tua tidak perlu khawatir.

"Semua guru dan siswa yang bisa divaksin, sudah divaksin. Ada penerapan prokes di sekolah, ada pengukuran suhu sebelum masuk kelas. Kalau suhunya di atas normal, tidak boleh masuk kelas," kata Aroman, Kamis (23/9).

Sudin Pendidikan Jakarta Barat I juga akan melakukan "tracing" jika ada temuan siswa yang mengalami bergejala COVID-19 setelah mengikuti PTM.

Kepala Seksi Pendidikan Menengah Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat II, Asep S Efendi juga memastikan selama pelaksanaan PTM sejak awal Agustus hingga saat ini belum ada laporan yang menyebutkan adanya klaster baru COVID-19.

"Saya juga menelusuri itu, ada di sekolah mana. Karena survei dari Kemendikbud itu langsung di publikasi di media," kata Asep S Effendi melalui telepon selulernya.

Belakangan, berdasarkan pencarian yang dilakukan Dinas Pendidikan, baru diketahui bahwa klaster COVID-19 di sekolah terjadi sebelum pemerintah menggelar PTM.

Maka dari itu, Asep kembali mengimbau warga agar tidak perlu khawatir. "Saya kira tidak usah cemas karena kita pastikan semua ketentuan pembelajaran sudah sesuai dengan protokol kesehatan," kata dia.

Genjot vaksin
Pemerintah tentu sudah mempertimbangkan dengan matang sebelum mengambil keputusan bulat menggelar PTM.

Salah satu yang dipertimbangkan tentunya kesehatan siswa dan guru. Maka dari itu, program vaksinasi massal di lingkungan pendidikan pun digenjot habis.

Sejak bulan Juni hingga saat ini saja, pemerintah Kota Jakarta Barat sudah memvaksin 72.500 siswa dari total 77.158 pelajar yang mengenyam bangku pendidikan di sekolah wilayah Jakarta Barat II.

Tidak hanya itu, tercatat ada 3.000 guru dan 1.000 karyawan sekolah yang sudah divaksin tahap satu.

Baca juga: Juru bicara: Pastikan anak sehat dan paham prokes sebelum ikuti PTM

Walau demikian, ternyata masih banyak orang tua murid yang termakan berita "hoax" tentang vaksin. Hal tersebut yang membuat seluruh siswa belum bisa tervaksin hingga saat ini.

Padahal, pemerintah sudah menjelaskan pentingnya vaksinasi di tengah pandemi.

"Karena kebanyakan mereka memakan begitu saja berita hoaks padahal sudah kita buatin sosialisasi via zoom, ada pihak puskesmas yang menjelaskan," kata kata Kepala Seksi Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Jakarta Barat II Masduki.

Masduki mengatakan sosialisasi itu dilakukan oleh setiap sekolah di masing-masing kecamatan.

Bahkan jika dirasa perlu, lanjut Masduki, pihaknya akan kembali melakukan sosialisasi ke seluruh orang tua murid.

Kini, pemerintah dan masyarakat hanya mempunyai satu harapan yang sama yakni PTM yang berjalan aman dan lancar.

Kesadaran siswa, orang tua hingga guru akan prokes sangat diperlukan agar PTM yang saat ini tengah berjalan bisa terus berlangsung selama masa pandemi.



 

Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2021