Jakarta (ANTARA) - Ketua Laboratorium Intervensi Sosial dan Krisis, Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), Dicky Chresthover Pelupessy mengatakan patuh terhadap protokol kesehatan dan pembatasan kegiatan di masa pandemi COVID-19 harus dilihat sebagai investasi sehat.

"Bagaimana kita menanamkan meski tidak nyaman memakai masker, dan aktivitas dibatasi, kita harus melihat ini sebagai investasi kita sehat," ujar Dicky dalam gelar wicara “Waspada Gelombang Ketiga: Bijak Bepergian Cegah Penularan” secara daring diikuti dari Jakarta, Selasa.

Baca juga: Guru Besar UI: Jalankan prokes 5M agar pengendalian COVID-19 membaik

Dicky mengatakan pertama kali yang harus dilakukan adalah mempelajari pelajaran berharga, saat beberapa bulan lalu Indonesia terjadi puncak kasus COVID-19 dan menginfeksi banyak orang.

Selain itu, apa yang dilakukan saat ini sebaiknya seperti cost dan benefit analysis dengan menyadari apa yang terjadi di sekitar manusia bila seseorang terinfeksi COVID-19, termasuk risiko dalam keluarganya.

"Belajar dari sejarah yang belum lama, dan harga yang harus dibayarkan jika kita terinfeksi," ujar dia.

Dicky menjelaskan kunci menekan transmisi COVID-19 adalah perilaku manusia. Faktor yang menyebabkan transmisi dimulai dari mobilitas manusia, perilaku tidak bersih dan tidak taat protokol kesehatan.

Baca juga: Pengamat: Sosialisasi secara mikro dapat tingkatkan penerapan prokes

Baca juga: 824 calon ASN Kemenkes ikuti tes dengan prokes ketat


Jika perilaku manusia masih bersama dan kolektif, akan terjadi peningkatan kasus. Namun, ketika dua bulan lalu penduduk khawatir dengan COVID-19 dan berusaha disiplin, kasus menjadi turun.

"Kuncinya ada di perilaku patuh para protokol kesehatan dan mau divaksinasi," ujar dia.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2021