Alat penyiram otomatis dan 'humidity controller' untuk 'screenhouse' yang terintegrasi 'IoT' (internet of things) diciptakan untuk mengatasi permasalahan perubahan cuaca yang dapat mengganggu budidaya sayur dan buah.
Solo (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Jawa Tengah,  yang tergabung dalam program kreativitas mahasiswa (PKM) menciptakan inovasi berbasis optimalisasi internet untuk membantu budidaya sayur dan buah oleh petani.

Salah satu anggota tim Stefanus Marcellindo di Solo, Selasa, mengatakan temuan baru yang berhasil diciptakan adalah alat penyiram otomatis dan "humidity controller" atau pengatur kelembaban untuk "screenhouse" atau lahan pertanian yang terintegrasi dengan internet.

"Alat penyiram otomatis dan 'humidity controller' untuk 'screenhouse' yang terintegrasi 'IoT' (internet of things) diciptakan untuk mengatasi permasalahan perubahan cuaca yang dapat mengganggu budidaya sayur dan buah," katanya.

Baca juga: RPTRA Garuda Cilangkap panen sayur hasil pertanian perkotaan

Di sisi lain, dikatakannya, saat ini mulai banyak beredar produk makanan seperti nugget, mi, keripik, dan kue berbahan baku sayur dan buah sebagai upaya diversifikasi pangan.

"Hal ini membuat permintaan masyarakat akan sayur dan buah juga harus dipenuhi, akan tetapi perubahan cuaca nampaknya menjadi masalah dalam budidaya sayur dan buah," katanya.

Ia mengatakan inovasi kelompoknya tersebut dapat melakukan penyiraman dan pengaturan iklim mikro secara otomatis. Selain itu, alat yang diciptakan juga dapat menampilkan data yang akurat soal kriteria tumbuh tanaman dengan sistem "IoT" yang dapat terhubung ke gawai.

"Dengan demikian pekerjaan petani akan lebih efisien dan memperoleh hasil panen yang lebih baik," katanya.

Baca juga: PKK Kelurahan Ciracas panen 15 kg sayur hidroponik

Ia mengatakan untuk membuat budidaya sayur dan buah menggunakan alat penyiram otomatis dan "humidity controller" untuk "screenhouse" yang terintegrasi "IoT" membutuhkan sejumlah syarat, salah satunya 'screenhouse' terlebih dulu harus didesain dengan ukuran 1.000 m2.

"Dalam hal ini, 'screenhouse' yang dibuat harus memiliki daya tampung 1.620 tanaman. Sistem pada alat ini nantinya juga mampu mendeteksi kriteria tumbuh tanaman dengan sensor-sensor yang dipasang di dalam screenhouse," katanya.

Selanjutnya, dikatakannya, data dari sensor tersebut diproses menggunakan "machine learning" untuk menentukan klasifikasi data yang diperoleh.

"Hasil klasifikasi tersebut digunakan untuk menentukan durasi penyiraman dan durasi pengembunan pada tanaman sehingga kebutuhan air dan iklim mikro pada tanaman dapat terjaga. Selain itu, alat ini mampu menampilkan data kriteria tumbuh dan kondisi tanaman secara 'real time' melalui gawai dengan sistem 'IoT' sehingga memudahkan petani untuk melakukan monitoring terhadap tanaman," kata mahasiswa Program Studi (Prodi) S-1 Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT)

Sementara itu, atas temuan inovatif tersebut, keempatnya yang ikut dalam ajang PKM Kemdikbudristek 2021 berhasil mendapat pendanaan sebesar Rp9,8 juta. Selain Marcellindo, tiga mahasiswa lain yang juga tergabung dalam tim tersebut yakni Dina Mifika Sari dan Muhammad Hammam Al-Choirie dari Prodi S-1 Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT) serta Savira Kharisma Putri dari Prodi S-1 Agroteknologi Fakultas Pertanian (FP) UNS.

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021