Jakarta (ANTARA) - Facebook mengumumkan kebijakan baru pada Kamis (16/9) waktu setempat yang menargetkan kelompok berbahaya yang mendukung kekerasan atau konspirasi, dimulai dengan menghapus jaringan yang menyebarkan misinformasi COVID-19 di Jerman.

Mengutip laporan AFP, Jumat, Kepala Kebijakan Keamanan Facebook Nathaniel Gleicher mengatakan kebijakan ini bertujuan untuk mendeteksi ancaman kejahatan terorganisir yang belum mencakup kebijakan standar komunitas yang sebelumnya telah ada.

Baca juga: Facebook luncurkan beragam fitur baru untuk bisnis

Facebook telah berada di bawah tekanan tanpa henti untuk menjaga agar tidak menjadi tempat penyebaran informasi yang salah dan komentar kebencian, sementara pada saat yang bersamaan tetap menjadi ruang bagi pengguna untuk berbicara dengan bebas.

Di bawah kebijakan baru, Facebook akan menutup akun pengguna yang bekerja sama untuk memperkuat perilaku berbahaya dan berulang kali melanggar aturan platform.

Facebook sedang mencari kelompok pengguna yang melakukan hal-hal seperti “brigading” atau mengeroyok akun lain dengan tujuan untuk membanjiri komentar atau keluhan.

“Kami menyadari tantangan ini kompleks,” kata Kepala Ancaman Gangguan Global Facebook David Agranovich dalam konferensi pers.

“Kita perlu berhati-hati dan berhati-hati untuk membedakan antara orang-orang yang secara organik berkumpul untuk mengorganisir perubahan sosial, dan jenis jaringan permusuhan yang dapat menyebabkan kerusakan sosial,” tambahnya.

Di bawah kebijakan baru, Facebook telah menghapus kurang dari 150 akun, halaman, atau grup yang dioperasikan oleh orang-orang yang terkait dengan gerakan Querdenken, yang menentang tindakan anti-COVID-19 seperti pemakaian masker dan karantina wilayah.

Menurut Facebook, orang-orang di balik akun tersebut, beberapa di antaranya ada di Instagram, mendorong konten yang menggambarkan kekerasan sebagai cara untuk membatalkan upaya pemerintah Jerman melawan virus tersebut.

Facebook juga mengutip laporan publik bahwa kelompok tersebut mengambil bagian dalam kekerasan terhadap jurnalis, polisi, dan praktisi medis di Jerman.

Gleicher mengatakan Facebook telah mengembangkan kebijakan baru ini sejak sebelum awal tahun karena peningkatan kampanye berbahaya di media sosial.

Ia menyebutkan bahwa aktor jahat sengaja mengaburkan batas antara orang-orang nyata yang mengekspresikan ide-ide mereka dengan akun-akun yang sengaja dimanipulasi agar lebih sulit ditangkap.


Baca juga: Rusia denda Facebook dan Twitter karena tidak hapus konten

Baca juga: Facebook diperiksa di Italia karena kacamata pintar

Baca juga: Facebook rancang chip berbasis pembelajaran mesin

Penerjemah: Rizka Khaerunnisa
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021