Ambon (ANTARA) - Pameran Rumah Peradaban Hatusua yang digelar Balai Arkeologi Maluku di Kabupaten Seram Bagian Barat, Rabu, memajang replika alat batu penumbuk kulit kayu untuk membuat kain penutup tubuh suku tradisional di Pulau Seram.

Kepala Balai Arkeologi Maluku Bambang Sugiyanto di Ambon, Rabu, mengatakan pameran Rumah Peradaban Hatusua merupakan kegiatan untuk memperkenalkan hasil-hasil penelitian dan temuan yang berkaitan dengan arkeologi di Provinsi Maluku dan Maluku Utara, agar diketahui oleh masyarakat luas.

Dalam kegiatan di Gedung Hatuhurang Desa Hatusua, Kecamatan Kairatu, replika alat batu yang dipamerkan merupakan tiruan dari alat batu yang pernah ditemukan oleh para arkeolog dari Balai Arkeologi Maluku saat melakukan survei penelitian di kawasan bagian tengah Kepulauan Seram.

Pada masa lampau, katanya, alat batu tersebut digunakan oleh masyarakat tradisional Pulau Seram untuk menumbuk kulit kayu yang akan dijadikan sebagai kain penutup tubuh berupa cawat bagi laki-laki dan kemben bagi perempuan.

Dalam catatan sejarah Maluku mengenai masyarakat tradisional yang berdiam di Pulau Seram, pembuatan kain penutup tubuh, khususnya kaum pria, berkaitan dengan tradisi "kakehang" atau pengukuhan kedewasaan. Hanya yang telah melewati proses "kakaheng" yang dibolehkan mengenakan penutup tubuh.

Baca juga: Data arkeologi Huamual-Manusela ditelusuri Balai Arkeologi Maluku

Kendati replika, benda peninggalan budaya yang berkaitan erat dengan tradisi masyarakat tradisional Pulau Seram itu, menarik perhatian banyak pengunjung pameran Rumah Peradaban Hatusua.

Pameran berlangsung selama dua hari, 15-16 September 2021. Kegiatan juga memamerkan sejumlah materi hasil penelitian dan survei arkeolog di Pulau Seram.

Ia mengatakan pameran bertema "Kebinekaan" tersebut meliputi beberapa acara, antara lain  pameran, lomba menggambar gerabah bagi siswa SD, kunjungan ke situs purbakala di Hatusua, dan pembagian buku pengayaan tentang Pulau Seram.

"Hatusua dipilih sebagai lokasi kegiatan Rumah Peradaban karena perkembangan penelitian arkeologi di wilayah ini cukup signifikan dan memberikan pengetahuan terkait kebinekaan bangsa Indonesia," kata Bambang.

Baca juga: Arkeolog: Situs Kel Lein jalur lintas manusia purba
Baca juga: Arkeolog teliti potensi peninggalan megalitikum di Maluku Utara
Baca juga: Balai Arkeologi Maluku akan luncurkan buku tentang Pulau Seram

Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2021