Jakarta (ANTARA) - Setelah 12 tahun berkiprah membangun sumber daya manusia (SDM) di bidang hospitality, culinary, pastry – bakery, dan ekonomi kreatif, PT IDeA Indonesia Akademi Tbk akhirnya tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Kamis (9/9).

Saham perdana ditawarkan dengan harga Rp140 per saham dengan total dana yang diraup sebesar Rp29,7 M. Untuk mencapai titik itu bukan pekerjaan mudah. Jatuh bangun dan jalan berliku telah dialami Eko Desriyanto, Direktur Utama PT Idea Indonesia Akademi, Tbk. yang juga perintis perusahaan itu.

Eko mendirikan IDeA Indonesia di Lampung, dia memulai dari sebuah Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) kecil pada 2009.

"IDeA Indonesia saya dirikan untuk mewujudkan gagasan pendidikan vokasi ideal bagi Indonesia, yang tidak hanya mendidik dan melatih, tapi juga membantu penyaluran kerja," kata Eko dalam keterangannya pada Rabu.

Peraih gelar S1 Hukum Perdata Islam UIN Yogyakarta itu mengatakan dia nyaris tidak memiliki modal saat mendirikan usahanya. Bahkan untuk gedung, dia menempati bangunan tua bekas sekolah yang sudah tidak beroperasi.

"Saya tidak memiliki modal, kecuali untuk biaya pengecetan ulang gedung, mencetak brosur, dan biaya operasional tiga karyawan,” ujarnya.

Modal pertama uang sebesar Rp30 juta dia dapatkan dari pinjaman seorang teman. Sedangkan untuk tenaga pendidik, dia dibantu beberapa teman dan praktisi industri yang mengajar secara paruh waktu di tempat kursus yang dibangunnya itu.

"Kegiatan rekrutmen calon siswa dilakukan secara door to door ke sekolah-sekolah. Hasilnya selama 9 bulan sosialisasi, hanya 14 siswa yang berhasil direkrut menjadi peserta pelatihan," kata Eko yang merupakan lulusan pondok pesantren Riyadhatul Ulum, Lampung Timur itu.

Baca juga: IDEA Grup Bulgaria jalin kerja sama dengan pengusaha Indonesia

Baca juga: "Harbolnas" jadi bukti perubahan tren belanja konsumen Indonesia


Sulitnya kembangkan minat

Pria yang diangkat menjadi Presiden Direktur PT IDeA Indonesia Akademi Tbk pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Februari 2021 itu menuturkan bahwa dia banyak menghadapi kendala saat merintis, mulai dari kondisi gedung yang kurang layak, hingga penolakan dari pihak sekolah untuk presentasi.

"Masyarakat masih menganggap karier di industri hospitality tidak memiliki masa depan jelas," kata mantan Sekretaris Umum Pengurus Pusat Komunitas TDA itu.

Untuk meyakinkan calon siswa, Eko menghadirkan praktisi untuk menyampaikan kisah-kisah sukses mereka bekerja di hotel, restoran dan kapal pesiar.

"Seiring dengan itu kami mengedukasi masyarakat, calon siswa dan pihak sekolah tentang karier dan profesi yg dibutuhkan dalam operasional hotel, seperti receptionist, room attendant, chef, barista, waiter, sales marketing, IT, dan human resources. Selain itu, kami konsisten membantu seluruh alumni IDEA sampai penempatan kerja," ungkapnya.

Peluang karier di industri hospitality sangat terbuka luas, namun masih sedikit pendidikan vokasi yang menyediakan SDM ideal untuk industri ini. Inilah peluang yang
ditangkap oleh Eko.

"Kami membuat pendidikan vokasi yang menitikberatkan pada pendidikan karakter peserta didik, meningkatkan dan mensertifikasi kompetensi, hingga memfasilitasi
penempatan kerja atau berwirausaha," kata dia.

Sampai 2009 banyak lembaga kursus, pelatihan, diploma, bahkan politeknik, hanya sebatas melatih sampai memberi sertifikat atau ijazah. Belum terlihat usaha yang komprehensif untuk membuat seluruh lulusannya berkarakter kuat dan membantu mereka mendapat pekerjaan atau berwirausaha.

"Pengalaman pribadi saya, lulus sebagai wisudawan S1 terbaik dengan IPK tertinggi se-fakultas tidak serta merta mudah dapat kerja. Setelah wisuda, kampus umumnya hanya berfungsi sebagai tempat legalisir ijazah," katanya.

IDeA Indonesia yang dirintis Eko tak ubahnya sebagai gagasan baru tentang pendidikan vokasi ideal dan berkualitas yang menjawab persoalan SDM industri hospitality.

Menurut Eko, kesuksesan IDeA Indonesia banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan yang mampu melahirkan SDM hospitality yang berkualitas tinggi.

Baca juga: Idea Indonesia Akademi optimistis pariwisata Indonesia bergeliat lagi

Baca juga: Pemerintah adakan Hari Bangga Buatan Indonesia 5 Mei

Baca juga: Asosiasi: UU Cipta Kerja gairahkan industri e-commerce Indonesia


Halaman Selanjutnya: Kemajuan personal hingga finansial

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021