Indonesia selalu kami anggap sebagai partner strategis,
Jakarta (ANTARA) -
Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI Perjuangan menerima dan menggelar pertemuan dengan Kedutaan Besar (Kedubes) India di Indonesia, di kantor pusat partai, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Senin.
 
Kedua belah pihak membahas sejumlah isu dari soal demokrasi dan pemilu, pandemi COVID-19, hingga soal Taliban.
 
Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menerima rombongan Kedubes India bersama Ketua DPP PDIP Bidang Luar Negeri Ahmad Basarah, Direktur Hubungan Luar Negeri DPP PDIP Hanjaya, dan Yasinta Sekarwangi dari Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDIP.
 
Sedangkan jajaran Kedubes India dipimpin oleh Basir Ahmad, Wakil Duta Besar yang baru ditugaskan di Indonesia.
 
"Saya memberi tahu pertemuan kami ini kepada Ibu Megawati Soekarnoputri dan beliau menitipkan salam. Sekaligus pesan untuk berdiskusi soal pelaksanaan demokrasi di India, khususnya menegenai voting elektronik atau e-Voting," kata Hasto dalam siaran persnya.
 
Pembicaraan berlangsung hangat, karena Basir Ahmad merespons dengan pengakuan bahwa dirinya sudah beberapa kali ikut hadir saat pemimpin tertinggi negerinya bertemu dengan Megawati Soekarnoputri.
 
Basir mengaku pihaknya selalu tertarik dan ingin belajar bersama Indonesia. Karena Indonesia dan India memiliki banyak kesamaan, baik dari jumlah penduduk maupun soal keragaman budayanya.
 
Menurut Basir, soal e-Voting, India sudah lama merencanakan dan membahasnya. Dia pun mengundang jika jajaran PDIP hendak mempelajarinya dengan datang langsung ke India.
 
"Silakan berkunjung ke India," kata Basir.
 
Pembicaraan juga menyentuh isu Laut China Selatan dan militer. Hasto mengatakan India mempunyai strategi yang menarik karena menjalin kerja sama militer, baik dengan Rusia dan Amerika Serikat (AS) sekaligus.
 
Basir tak banyak menjawab soal hubungan militer negaranya dengan Rusia dan AS. Namun, dia menekankan bahwa pihaknya justru ingin belajar ke Indonesia yang selalu bisa menyampaikan pesan dan posisi diplomasi yang jelas di dunia internasional.
 
"Indonesia selalu kami anggap sebagai partner strategis," kata Basir.
 
Basir lalu berbicara soal isu Afghanistan dan Taliban, yang merupakan tetangga langsung India dari sisi kewilayahan.
 
Hasto lalu menjelaskan bahwa pihaknya memahami betul dampak kembalinya Taliban ke tampuk kekuasaan di Afghanistan.
 
Sebagai partai nasionalis yang selalu teguh memegang Pancasila dan kebinekaan, Hasto mengatakan PDIP selalu menjadi target kampanye negatif kelompok garis keras.
 
Namun serangan itu justru membuktikan bahwa strategi paling efektif membendung gerakan radikalisme adalah dengan terus memperkuat demokratisasi dan dukungan atas kebinekaan.
 
"Kami konsisten untuk mendorong nasionalisme dengan semangat persamaan hak semua warga negara," kata Hasto.
 
Basir pun mengakui dan melihat bagaimana PDIP mendorong moderasi.
 
Pandemi COVID-19 juga menjadi topik pembahasan. Keduanya saling menceritakan pengalaman menghadapi pandemi dan dampaknya yang berat terhadap perekonomian.
 
Basir lalu mengatakan India siap bekerja sama dengan Indonesia dalam menghadapi pandemi COVID-19, termasuk kemungkinan membangun pabrik manufaktur vaksin COVID-19 di Indonesia.
 
Hasto mengapresiasi hal tersebut, dan menyatakan bahwa Indonesia selalu membuka diri untuk bekerja sama dengan India.
 
"Kami mendukung penguatan kerja sama Indonesia dan India," kata Hasto.
 
Dalam pertemuan itu, Hasto memberikan sejumlah cenderamata berupa plakat, kain batik Nusantara, dan buku Mustika Rasa. Buku yang disebut terakhir adalah berisi resep-resep kuliner Nusantara yang dibuat di era Presiden Soekarno.
 
Kunjungan antarsahabat itu lalu diakhiri dengan makan siang bersama. PDIP menyiapkan sejumlah menu kuliner Nusantara, di antaranya adalah nasi goreng, soto, dan sate.
Baca juga: PDIP-INC sepakat lawan politik identitas

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021