Jakarta (ANTARA News) - Bank Pembangunan Asia (ADB) menginvestasikan dana hingga sebanyak 10 juta dolar AS yang bertujuan untuk mengembangkan mikrofinansial dan pinjaman bank terhadap kelompok usaha rakyat kecil dan marjinal di Asia.

Rilis ADB yang diterima di Jakarta, Minggu, menyebutkan, target pasar kunci dari investasi dana tersebut antara lain termasuk Bangladesh, China, India, dan Indonesia.

Selain itu, negara lainnya yang juga menjadi target adalah Pakistan, Filipina, Srilangka, Thailand, dan Vietnam.

Dana tersebut, yang akan dikelola oleh lembaga pengelolaan dana independen, Equator Capital Partners, akan membantu keuangan ekuitas dari para pihak pemberi pinjaman yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi dalam menjangkau kelompok marjinal seperti pengusaha mikro dan wirausahawan perempuan di pedesaan.

Partisipasi ADB diharapkan akan dapat membantu dana tersebut mencapai target hingga sebesar 75 juta dolar AS, mendukung lebih banyak investasi dari pasar komersial, dan menjadi model bagi pengelolaan dana ekuitas swasta lainnya yang ingin memasuki pasar pemberi pinjaman kecil.

Program ini juga dimaksudkan untuk mendorong ADB lebih banyak berinvestasi dalam sektor mikrofinansial agar meningkatkan pertumbuhan ekonomi swasta dan mengurangi tingkat kemiskinan.

Sebelumnya, Dewan Direksi ADB menyetujui bantuan keuangan ekuitas dalam ShoreCap II Fund, yang akan berinvestasi dalam lembaga mikrofinansial dan bank pemberi pinjaman usaha kecil baik di Asia dan Afrika.

"Investasi ADB pada utamanya bertujuan untuk meningkatkan kontribusi ekonomi dari klien mikrofinansial dan usaha kecil dalam pertumbuhan ekonomi regional," kata Direktur Divisi Pasar Modal dan Sektor Finansial Departemen Operasi Sektor Swasta ADB, Robert van Zwieten.

Menurut ADB, lembaga pemberi pinjaman bagi usaha kecil telah berkembang secara pesat di Asia tetapi tidak memiliki sumber daya yang cukup dalam mengakomodasi permintaan yang besar terhadap pinjaman modal dan beragam produk perbankan lainnya.

Berdasarkan data ADB, di Bangladesh masih terdapat sebanyak 65 persen warga miskin di negara tersebut yang tidak memiliki akses kepada jasa pelayanan mikrofinansial, sedangkan hal yang sama juga terjadi pada 75 persen warga miskin di Srilangka dan Vietnam.

Sementara berbagai bank pemberi pinjaman terhadap usaha kecil, yang menjadi kunci dari proses peminjaman dana terhadap UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), juga dinilai masih berjuang untuk mencari modal yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan para pelanggannya.
(M040/A041/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010