Jakarta (ANTARA) - Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kemendikbudristek Prof Nizam mengatakan bahwa kampus harus menjadi pelopor lingkungan yang cerdas berbasis teknologi.

"Lewat program-program Smart Campus, diharapkan kampus-kampus ini menjadi pelopor yang membangun lingkungan smart, cerdas, menggunakan teknologi untuk kemaslahatan manusia, masyarakat, bangsa dan negara," kata Prof Nizam dalam acara webinar "Smart Campus Digitalisasi Kampus Masa Depan" beberapa waktu lalu yang diselenggarakan oleh Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC).

Prof Nizam mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi tak dapat lagi dihindari dalam era Revolusi Industri keempat, 4.0 ini.

"Untuk menjadi pemimpin di era revolusi industri keempat ini membawa bangsa yang maju, smart, dan lingkungan yang cerdas harus memanfaatkan teknologi untuk kemaslahatan manusia," kata dia.

Esensi dari platform smart society di era revolusi industri 4.0 menurutnya adalah memanusiakan manusia di mana teknologi menggantikan tugas manusia sehingga manusia bisa mengerjakan hal-hal yang lebih cerdas. "Sehingga kita kerja lebih efisien lagi."

Sayangnya, Prof Nizam menyoroti kurangnya pemanfaatan teknologi di lingkungan kampus saat ini. Menurut dia, program-program Smart Campus yang sering digaungkan beberapa waktu ini baru sampai tahap wacana.

"Berbicara tentang Smart Campus, kita sudah lama mendengar ini digembar-gemborkan tapi baru sebatas wacana, kita belum mengembangkan kampus cerdas untuk membangun society platform."

Menurut pengamatan yang dia lakukan, 95 persen kampus di Indonesia bahkan belum menggunakan teknologi face recognition untuk absensi.

Selain itu teknologi penghematan energi juga belum diaplikasikan di lingkungan kampus.

"Apa kampus-kampus kita sudah menggunakan big data untuk melihat karier lulusannya? Untuk tracing dan tracking lulusannya? Ternyata 90 persennya belum."

Dia juga mengatakan alogaritma machine learning juga belum umum dilakukan untuk memprediksi performa mahasiswa sekaligus melihat populasinya.

"Melalui program 'Smart Campus: Digitalisasi Kampus Masa Depan' diharapkan kampus menjadi pelopor dalam membangun lingkungan cerdas sehingga mampu mendukung meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat."

Baca juga: Nadiem: Program digitalisasi sekolah gunakan produk dalam negeri

Baca juga: BPPT dukung Universitas Syiah Kuala perkuat transformasi digital


Mengenal kampus pintar

Dalam acara peluncuran "Riset dan Rating Transformasi Digital dan Kampus Cerdas Indonesia 2021", s​​ecara umum kampus pintar didefinisikan sebagai lingkungan fisik atau digital di mana manusia dan sistem yang mendukung teknologi saling berinteraksi untuk menciptakan pengalaman yang lebih mendalam bagi mahasiswa dan para pengajarnya.

Prinsip-prinsip kampus pintar dibuat untuk mendukung teknologi yang terus berkembang tanpa menghilangkan asas pemanfaatan sumber daya sekitar, di dalam lingkungan universitas. Kampus pintar sejauh ini dipercaya dapat membikin mahasiswa lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih aman.

Misalnya, kampus mesti menggunakan proses otomatis untuk mengelola panas ruangan dengan mempertimbangkan banyak hal: ventilasi, AC, pencahayaan, keamanan, dan sistem lainnya untuk membantu memberikan pemahaman baru bagi mahasiswanya. Dengan prinsip kampus pintar, biasanya bangunan perkuliahan didesain sedemikian rupa agar dapat menghemat penggunaan energi.

Meski demikian, Ketua Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC), Prof. Suhono H. Supangkat mengatakan kampus pintar atau Smart Campus bukan berarti kampus yang menerapkan teknologi canggih.

"Suhono mengatakan jika Smart Campus bukanlah kampus yang menerapkan teknologi paling canggih, namun kampus yang dapat mengelola lingkungan secara mandiri dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar."

Konsep Smart Campus muncul dari konsep pembangunan Smart City yang dikembangkan oleh Prof. Suhono H. Supangkat. Menurutnya, Smart Campus merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan nilai melalui pemanfaatan ICT.

"Sama halnya dengan manusia. Anak yang cerdas bukanlah anak yang diberikan teknologi paling canggih. Maka, kampus cerdas adalah kampus yang dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dengan efektif dan efisien."

Senada dengan Suhono, Direktur Sistem & Teknologi Informasi ITB, Dr. Ir. Arry Akhmad Arman, MT mengungkapkan smart campus tidak identik dengan teknologi meski menguasai teknologi sudah tak terhindarkan di masa sekarang.

"Smart campus tidak fokus pada teknologi tapi pada generating value yang tinggi dan pencapaian visi dengan memanfaatkan pilihan teknologi secara tepat," kata Arry.

Arry memaparkan ada sejumlah prioritas untuk dijadikan peta jalan transformasi digital dan kampus cerdas di Indonesia.

Pertama adalah sistem pembelajaran yang inovatif yang menjawab kebutuhan pembelajaran.

Kedua teknologi yang mendukung manajemen kampus yang sangat efisien. Selain itu juga dibutuhkan platform aplikasi tunggal dan sebuah dashboard canggih yang mampu menganalisa data.

"Selain itu juga diperlukan akses penuh pada publikasi online untuk meningkatkan sumber daya manusia," kata dia.

Sistem infrastruktur IT yang terpercaya untuk kehidupan akademis di kampus dan riset serta pengembangan perlu disediakan kampus.

"Kalau yang prioritas itu sudah ada semua, barulah kita mengadakan yang opsional misal smart campus transportation, misal ada shuttle di kampus pakai mobil listrik pakai Artificial Intelligent," katanya.

"Jadi jangan dibalik, kita jangan mikirin gimana gedungnya harus jadi gedung green, pakai smart energy management, tapi yang prioritas belum dilakukan," kata Arry.

Menurut Arry, kampus seharusnya jadi living lab yang menerapkan teknologi sehingga bisa jadi percontohan untuk diaplikasikan di masyarakat.

"Namun yang pertama harus dilakukan untuk menuju smart campus adalah menyiapkan orang-orang berperilaku positif di dalam sebuah lingkungan baru yang serba-digital."

Baca juga: Telkom Smart Campus Awards 2021 tingkatkan adopsi digital kampus

Baca juga: IPDN luncurkan Smart Campus Database untuk mudahkan akses informasi

Baca juga: Pengamat dorong Indonesia kejar ketertinggalan pendidikan teknologi

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021