Yogyakarta (ANTARA News) - Sebanyak 330 pengungsi korban bencana Gunung Merapi yang ditampung di Stadion Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami gangguan psikologis.

"Hingga 10 November 2010 sebanyak 330 pengungsi mengalami gangguan psikologis, dan jumlahnya masih bisa bertambah, karena data terakhir masih dihitung," kata koordinator Bagian Psikologi Posko Pengungsi Maguwoharjo Retno Kumolohadi, di Sleman, Kamis.

Ia mengatakan dari jumlah tersebut, 132 pengungsi di antaranya mengalami kecemasan, psikosomatis 107 orang, psikosisresidual 39 orang, dan insomnia 50 orang.

"Jumlah itu meningkat dibandingkan dengan data pada Selasa (9/11) lalu sebanyak 270 orang. Kemungkinan jumlah tersebut masih bertambah, karena tidak ada kepastian kapan pengungsi diperbolehkan kembali ke rumah masing-masing," katanya.

Menurut dia, gangguan psikologis yang dialami mereka antara lain karena pengungsi merasa asing dengan lingkungan tempat penampungan pengungsi. "Mereka bahkan selalu mengkhawatirkan ternak, rumah, dan harta benda lain yang tidak dibawa ke pengungsian," katanya.

Retno yang juga pengajar di Pasca Sarjana Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini mengatakan para pengungsi memerlukan waktu untuk adaptasi dengan suasana di pengungsian.

"Ada beberapa laporan menyebutkan mereka terlihat sempat bersitegang dengan pengungsi lain. Hal tersebut juga dapat menjadi faktor pemicu stres," katanya.

Retno mengatakan semakin lama waktu yang dihabiskan di pengungsian, berbanding lurus dengan jumlah pengungsi yang mengalami gangguan psikologis.

Sementara itu, data per 9 November 2010 tercatat jumlah pengungsi sebanyak 94.615 orang yang menyebar hingga ke wilayah kabupaten/Kota tetangga di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Di wilayah Sleman sendiri tercatat 80.155 orang, dan di luar wilayah Kabupaten Sleman tetapi masih di Provinsi Daerah Istimewa Yogykarta (DIY) sebanyak 14.460 rang," kata Komandan Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi Kabupaten Sleman Widi Sutikno.

Menurut dia, dari ratusan titik lokasi pengungsi di Sleman terdapat empat titik pengelolaan pengungsi terbesar yakni Stadion Maguwoharjo dengan Ketua Pengelola Camat Pakem Budiharjo, Gedung Youth Center di Kecamatan Mlati dengan Ketua Pengelola Kepala Bagian Pemerintahan Desa Joko Supriyanto, GOR Sleman dengan Ketua Pengelola Kabag Administrasi dan Pengendalian Pembangunan Agung Armawanta serta Masjid Agung Sleman dan sekitarnya dengan Ketua Pengelola Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Jazim Sumirat.

"Di luar keempat tempat itu, semua camat di 14 kecamatan di luar tiga wilayah bencana yakni Turi, Pakem dan Cangkringan, menjadi ketua pengelola pengungsi di wilayah masing-masing," katanya.

Ia mengatakan para ketua pengelola tempat pengungsian tersebut bertanggung jawab atas pelaksanaan koordinasi dan pengendalian tempat pengungsi yang di dalamnya menyangkut sarana prasarana, kesehatan, relawan dan dapur umum.

"Pengungsi dari warga Sleman yang berada di luar wilayah kabupaten ini diketuai Dwi Supriyanto yang bertugas memantau pengungsi, tempat pengungsian, data pengungsi, serta kebutuhan logistik, sarana dan prasarana serta kesehatan pengungsi, dan mengkoordinasikan penanganan pengungsi dengan Pemerintah Provinsi DIY, pemerintah kabupaten/kota setempat, serta tempat pengungsian," katanya.(*)
(ANT-158/M008/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010