film ini penuh dengan pesan moral
Pontianak (ANTARA) - Menjelang Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, sineas Kalimantan Barat merilis film pejuang berjudul "Passan Terakher" (pesan terakhir) karya Achmad Hardin yang akan tayang perdana pada 17 Agustus 2021.

Produser Film Pesan Terakhir, Achmad Hardin dalam keterangan tertulisnya di Pontianak, Sabtu, mengatakan film yang diproduksi oleh Hardin Entertainment dan Komunitas Pecinta Pejuang Kota Singkawang ini berkisah tentang perjuangan rakyat Kalbar.

Ia menjelaskan, film itu mengambil latar belakang tahun 1945 sampai 1949. Di mana pada saat itu penuh dengan solidaritas, sejarah, nasionalisme dan patriotisme.

"Film ini penuh dengan pesan moral untuk mendidik serta meningkatkan rasa kecintaan kita terhadap para pahlawan bangsa yang telah berjasa terhadap Negara Indonesia. Mengingat generasi sekarang sudah mulai jauh dan lupa akan nilai-nilai perjuangan serta nilai positif di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Apalagi di masa saat sekarang ini, kita disibukkan dengan berbagai hal yang jauh dari kepedulian terhadap apa yang dinamakan mengenang jasa-jasa para pahlawan bangsa ini," katanya.

Adapun sumber cerita serta jejak sejarah yang dijadikan patokan dalam pembuatan film ini bersumber dari buku karya Sarimin Minhad (tokoh pejuang dan Ketua BPIKB afdeling Singkawang) berjudul “Setetes Air di Padang Pasir”.

"Di dalam buku tersebut, membuktikan di daerah kita Kalbar khususnya wilayah afdeling Singkawang (di masa Hindia Belanda Kabupaten Afdeling Singkawang: mencakup wilayah Singkawang, Sambas, Bengkayang, Mempawah dan Ngabang) itu ada yang dinamakan perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia melawan kedudukan Belanda," katanya.

Baca juga: Erick catat dua poin penting dari film perjuangan Tjut Nyak Dien
Baca juga: Tujuh film perjuangan yang bisa bangkitkan jiwa nasionalisme


Ia mengatakan, kisah perjuangan itu tidak banyak diketahui oleh masyarakat umum bahkan dianggap tidak ada dan tidak pernah ada. "Sedangkan yang terbaring abadi di pusara makam pahlawan yang ada di daerah, adalah saksi untuk generasi kita mengenang dan menghargai pengorbanan dan perjuangan mereka, walaupun mereka kini jadi saksi bisu,' ungkapnya.

Sebanyak 400 orang ikut terlibat dalam film ini. Tidak hanya menghadirkan talent atau pemeran dari Kota Singkawang, adapula dari Kabupaten Sambas dan Bengkayang.

Selain itu, Achmad Hardin memastikan film yang tayang di hari kemerdekaan ini tetap menarik untuk disaksikan, karena film ini mengandung unsur romantis komedi. Jadi para penonton tidak hanya dibuat tegang akan aksi perjuangan namun ada unsur jenaka yang dapat menghibur, katanya.

Menurut dia, menjelang penayangan film ini mendapat berbagai apresiasi dan sambutan positif dari kalangan artis tanah air seperti Ifan Seventeen dan Andre Taulany.

Ia pun berharap film ini dapat diterima oleh masyarakat luas, khususnya masyarakat Kalbar.

"Kami berharap ini menjadi film produksi lokal yang bisa menjadi hasil karya yang bermutu. Bisa diterima masyarakat, menghibur dan generasi sekarang bisa mengingat jasa pejuangnya demi kemerdekaan. Kami juga ingin mengajak bapak dan ibu pimpinan lembaga pemerintah untuk ikut serta mendukung sebuah maha karya ini menjadi sebuah karya serta gerakan kita bersama berbuat untuk NKRI," katanya.

Baca juga: Resensi film : Moonrise Over Egypt - perjuangan diplomasi Agus Salim
Baca juga: Hanung Bramantyo siap filmkan perjuangan Sultan Agung
Baca juga: Film asli Perjanjian Renville diputar di Bukittinggi

Pewarta: Andilala
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2021